Berdasarkan rilis Badan Meteorologi Klimatogi dan Geofisika (BMKG) yang diterima melalui Kepala teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo menjelaskan, hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter awal M=5,0, kemudian dimutakhirkan menjadi M=4,8. Episenter gempabumi terletak pada koordinat 8.38 LS dan 109.30 BT , atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 79 km arah Tenggara Kota Cilacap, Jawa Tengah pada kedalaman 75 km.
“Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. Pusat gempa berada di tenggara dari kota Cilacap,” jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa tersebut berjenis gempabumi menengah akibat adanya aktifitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam dibawah lempeng Eurasia. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan sesar naik (thrust fault).
“Guncangan gempabumi ini dirasakan di daerah Bantul, Kulonprogo, Kota Yogyakarta, Purworejo, Cilacap dan Kebumen II dengan skala getaran MMI, yakni getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang,” paparnya.
Terpisah, Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap Tri Komara Sidhy Wijayanto, melalui Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Heru Kurniawan mengatakan, hingga Senin (14/10/2019) malam, belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut. Meski demikan, Ia menghimbau kepada masyarakat untuk memeriksa bangunan tempat tinggal dan memastikan kerusakan akibat getaran gempa.
“Masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” ungkapnya kepada serayunews.com, Senin (14/10/2019).