SERAYUNEWS – Kekhawatiran terhadap menurunnya semangat kebangsaan di kalangan generasi milenial dan Gen Z, menjadi sorotan utama dalam Dopokan Kaum Nasionalis yang digelar di Balai Desa Pangebatan, Karanglewas, Minggu (26/2025).
Acara bertema “Relevansi dan Aktualisasi Ajaran Bung Karno Saat Ini” itu mempertemukan tokoh-tokoh nasionalis lintas generasi, untuk membedah tantangan nasionalisme masa kini.
Tokoh muda nasionalis, Ganjar Wisnu, mengungkapkan keprihatinannya terhadap degradasi nilai kebangsaan yang mulai menjangkiti generasi muda. Menurutnya, nasionalisme bukan hanya berbicara soal perang kemerdekaan atau hafalan sejarah.
“Nasionalisme itu karakter. Gotong royong, solidaritas, dan semangat mandiri adalah ruh bangsa ini. Nilai-nilai itu hidup di banyak daerah—dari Aceh hingga Madura,” tegas Ganjar.
Ia mengajak generasi muda untuk menggali kembali warisan budaya seperti falsafah gotong royong, yang menurutnya merupakan bentuk nyata dari nilai Pancasila.
Ganjar juga menyoroti kultur ketergantungan pada bantuan negara, terutama pasca-pandemi. Ia menilai, dalam kondisi normal, hal itu menjadi cermin hilangnya kemandirian ekonomi.
“Kalau Bung Karno masih hidup, mungkin beliau akan berkata: rakyat harus kerja, harus mandiri. Bukan cuma menunggu bantuan,” ucapnya.
Ia mendorong masyarakat, terutama di Banyumas, untuk kembali menghidupkan nilai Swaraja (berkepribadian dalam budaya), Swadharma (menjalankan tugas hidup), dan Swadesya (kemandirian ekonomi).
Dalam forum yang sama, Dr Estiningrum SH MH menegaskan bahwa Pancasila harus terus tertanamkan kepada generasi muda. Bukan dengan cara menghafal, tetapi lewat pendekatan yang menyentuh kesadaran sosial mereka.
“Anak SD dan SMP di jejali hafalan. Tapi baru di SMA dan kuliah, mereka mulai terbuka secara sosial. Di situlah pendekatan nilai harus berubah,” ujarnya.
Sebagai aktivis dan pengurus DPC PDI-P Banyumas, Estiningrum menilai Pancasila harus jadi acuan moral dan arah kebijakan saat muda. Karena kelak mereka yang akan memegang tanggung jawab di pemerintahan.
Acara Dopokan Nasionalis juga dihadiri tokoh-tokoh lokal seperti Drs Hadi Wasikoen, Djarot Gunadi, dan Sutrisno Joyo Wasito. Selain itu juga hadir sejumlah generasi muda yang resah terhadap arah bangsa.
Ketua penyelenggara, Sandung Wijoko, menyebut kegiatan ini bagian dari peringatan Bulan Bung Karno. Menurutnya, ini masih sangat relevan di tengah ancaman luntur nasionalisme.
“Kaum muda kini makin asing dengan ajaran Bung Karno. Padahal, warisan beliau masih sangat relevan untuk mewujudkan bangsa yang adil dan makmur,” ucap politisi Fraksi PDI-P DPRD Banyumas ini.
Acara ini menjadi pengingat bahwa nasionalisme bukan hanya milik masa lalu, tapi bekal utama untuk menghadapi masa depan.