Purwokerto, Serayunews.com
Salah satu guru yang kreatif dalam melakukan pembelajaran daring adalah Virandy Putra, guru SMAN 1 Sijuk Belitung, Bangka Belitung. Ia mengaku sangat pemahami keluhan siswa maupun orangtua terkait kuota internet ataupun vitur handphone yang kurang support serta sudah terlalu banyak aplikasi.
Berawal dari rasa empati tersebut, Virandy mencoba untuk mencari apikasi yang banyak digunakan oleh para siswanya, sehingga siswa tidak perlu lagi mendownload aplikasi baru. Akhirnya ia menemukan instagram sebagai aplikasi yang paling banyak digunakan siswa serta fiturnya juga lengkap, sangat memadai untuk proses pembelajaran.
“Saya pilih instagram karena banyak fitur yang bisa dimanfaatkan, misalnya feed instagram untuk materi pembelajaran, kemudian untuk komunikasi langsung bisa menggunakan live IG dan daftar hadir siswa menggunakan link di bio yang tertaut pada google form, serta untuk penilaian saya menggunakan fitur kuis di instagram. Yang terpenting, semua siswa saya sudah menggunakan IG, jadi tidak perlu download lagi,” jelasnya dalam zoom meeting bersama Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP).
Virandy menuturkan, pandemi membuat semua orang dipaksa untuk menerapkan teknologi dalam aktivitas sehari-hari, termasuk kalangan guru dan siswa. Sisi positifnya adalah, orang-orang harus beradaptasi dengan teknologi. Namun, proses yang begitu cepat dan mendadak, membuat persiapan menjadi tidak maksimal dan banyak pula yang gagap.
Tak mau tergesa-gesa dalam menerapkan pola pembelajaran daring, guru mata pelajaran fisika ini memilih untuk mengakomodir aspirasi para siswanya terlebih dahulu terkait pembelajaran daring. Virandy menanggapi apa saja keinginan dan kebutuhan siswa, kemudian kendala serta hal-hal yang dikeluhkan para siswa. Dari belanja masalah tersebut, akhirnya disepakati bersama metode pembelajaran daring melalui instagram.
“Saya tidak ingin, ketika menyampaikan materi kemudian siswa bersikap cuek, karena dalam pembelajaran daring ini yang terpenting adalah terbangunnya interaksi yang baik, komunikasi dua arah sehingga pembelajaran berjalan efektif,” jelasnya.
Dari hasil survei, lanjutnya, selama awal pandemi di tahun 2020, sebagian besar siswa kurang merasa nyaman belajar daring karena banyaknya tugas yang dibebankan oleh guru. Untuk siswa SMA misalnya, jika dari 11 mata pelajaran semua guru memberikan tugas, maka bisa dibayangkan beban yang harus ditanggung siswa di rumah. Kondisi ini menyebabkan, sebagian siswa memilih tidak mengerjakan tugas, dengan beragam alasan, mulai dari pura-pura tidak tahu ada tugas, mengaku tidak bisa mengerjakan karena guru menerangkan kurang jelas dan lain-lain.
“Jadi guru memang dituntut harus kreatif dan semoga pembelajaran daring pada pandemi kemarin menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, sehingga jika suatu saat ini harus kembali dilakukan daring, semua kalangan sudah lebih siap,” pungkasnya.