
SERAYUNEWS- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih bergerak dalam rentang terbatas menjelang penutupan tahun.
Tekanan jual yang muncul dalam beberapa sesi terakhir membuat indeks belum mampu kembali ke jalur penguatan yang solid. Pada perdagangan terakhir pekan lalu, IHSG ditutup melemah dan menandai fase konsolidasi yang masih rapuh.
Kondisi ini mencerminkan sikap wait and see investor yang mulai mengurangi risiko sambil menanti katalis baru, terutama memasuki pergantian tahun. Melansir berbagai sumber, berikut kami sajikan ulasan selengkapnya:
Dari sisi eksternal, pasar global sebenarnya masih memberikan sentimen yang cukup positif. Bursa saham Amerika Serikat berhasil menutup pekan dengan penguatan, ditopang oleh kinerja saham sektor keuangan dan industri yang secara historis cenderung solid di akhir tahun.
Optimisme pasar juga muncul dari ekspektasi keberlanjutan dampak kebijakan fiskal Amerika Serikat serta proyeksi arah suku bunga bank sentral AS yang dinilai masih akomodatif dalam jangka menengah hingga 2026. Faktor ini membantu menjaga sentimen risiko global tetap stabil.
Pergerakan harga komoditas menunjukkan dinamika yang berbeda-beda. Harga minyak mentah mengalami tekanan seiring munculnya sinyal kemajuan dalam upaya diplomatik konflik Rusia Ukraina, yang berpotensi meredakan kekhawatiran gangguan pasokan energi global.
Sebaliknya, emas justru melanjutkan tren penguatan dan mencetak rekor harga baru. Lonjakan harga logam mulia ini didorong oleh meningkatnya permintaan aset lindung nilai di tengah ketidakpastian geopolitik dan arah kebijakan moneter global.
Memasuki pekan terakhir perdagangan tahun ini, pelaku pasar mulai memperhitungkan peluang terjadinya penguatan musiman atau Santa Claus rally. Secara historis, fenomena ini kerap terjadi pada lima hari perdagangan terakhir tahun berjalan dan dua hari pertama di tahun berikutnya.
Ekspektasi tersebut membuat sebagian investor mulai melakukan akumulasi selektif, meskipun dengan volume yang relatif terbatas. Pasar cenderung bergerak hati-hati karena minimnya katalis besar dan rendahnya likuiditas akhir tahun.
Di balik peluang penguatan jangka pendek, investor global tetap mencermati prospek kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat. Kekhawatiran terhadap valuasi saham teknologi yang dinilai sudah mahal masih membayangi Wall Street dan berpotensi menular ke pasar regional.
Namun demikian, sektor-sektor dengan valuasi yang lebih moderat diperkirakan mampu menjadi penopang pergerakan indeks, termasuk di pasar saham Indonesia, terutama menjelang rotasi sektor awal tahun.
Dari dalam negeri, fokus investor tertuju pada rilis data ekonomi penting, seperti indeks manufaktur (PMI) dan data inflasi Desember. Kedua indikator ini dinilai krusial untuk membaca kekuatan permintaan domestik serta arah kebijakan moneter ke depan.
Data yang solid berpotensi menjadi katalis positif bagi pasar, terutama untuk memicu optimisme investor di awal tahun baru.
Secara teknikal, IHSG masih menunjukkan sinyal pelemahan. Indeks tercatat bergerak di bawah rata-rata pergerakan jangka pendek, sementara indikator MACD mengindikasikan tekanan jual yang belum sepenuhnya mereda.
Meski demikian, indikator Stochastic RSI sudah berada di area jenuh jual. Kondisi ini membuka peluang terjadinya pemantulan teknikal, meskipun konfirmasi pembalikan arah masih belum terlihat kuat.
Dalam jangka pendek, IHSG diperkirakan berpotensi menguji area support penting di kisaran 8.430 hingga 8.500. Rentang ini menjadi zona krusial untuk menentukan apakah indeks mampu bertahan dan membentuk dasar penguatan, atau justru melanjutkan tekanan koreksi.
Apabila level tersebut mampu dipertahankan, peluang technical rebound menuju awal tahun dinilai masih terbuka lebar.
Meski ruang pelemahan belum sepenuhnya tertutup, kombinasi faktor teknikal oversold, sentimen musiman, serta harapan baru di awal tahun berpotensi menjadi katalis pemulihan jangka pendek.
Investor disarankan tetap selektif dan disiplin dalam mengelola risiko, mengingat volatilitas masih berpotensi tinggi dalam beberapa sesi perdagangan ke depan.
Di tengah kondisi pasar yang masih bergejolak, sejumlah saham dinilai menarik untuk dicermati karena memiliki fundamental dan teknikal yang relatif stabil.
Saham-saham dari sektor otomotif, industri dasar, dan perbankan mikro menjadi sorotan sebagai kandidat yang berpotensi diuntungkan saat pasar mulai pulih.
Pada awal perdagangan, IHSG sempat dibuka di zona hijau dan mencerminkan optimisme awal pasar. Penguatan tersebut sejalan dengan pergerakan bursa Asia yang menunjukkan arah bervariasi.
Sebagian indeks regional bergerak positif mengikuti sentimen global, sementara indeks lainnya mengalami tekanan seiring aksi ambil untung dan penyesuaian portofolio akhir tahun. Di sisi lain, nilai tukar rupiah bergerak terbatas terhadap dolar AS, mencerminkan kehati-hatian pelaku pasar valuta asing.