Dalang Jemblung adalah kesenian khas Banyumas. Sederhananya, Dalang Jemblung adalah pertunjukan wayang tanpa instrumen dan wayang. Artinya, si dalang itulah yang jadi instrumen utama untuk bercerita terkait pewayangan.
Dalang Jemblung ini muncul tak serta merta. Setidaknya ada asal muasal kenapa sampai kemudian ada Dalang Jemblung. Ada tiga versi munculnya Dalang Jemblung. Versi pertama adalah terkait dengan nguyen atau muyi.
Nguyen atau muyi adalah ritual yang dilakukan ketika seorang ibu akan melahirkan. Pada acara ini dibacakan cerita babad, tembang Jawa dengan patokan tertentu. Namun, seiring berjalannya waktu justru berganti dengan seorang yang bercerita tentang pewayangan. Tapi dalang itu tidak menggunakan wayang dan alat lainnya. Dia hanya bicara sendiri sehingga mirip orang gemblung atau gila. Dari sinilah muncul istilah Dalang Jemblung.
Versi kedua menyebutkan bahwa Dalang Jemblung itu bermula di masa Amangkurat 1 di Kerajaan Mataram. Mulanya ada dalang bernama Ki Lebdojiwo. Dia sangat suka memainkan lakon Umarmadi. Ki Lebdojiwo ini adalah pengikut Amangkurat 1.
Kemudian ada pemberontakan Trunojoyo sehingga Amangkurat 1 lari mau menuju ke Batavia. Dalam pelarian itu, Ki Lebdojiwo ikut. Sampailah mereka di Banyumas. Saat di Banyumas, Ki Lebdojiwo diminta mendalang. Sayang, dia tak membawa peralatan. Sampai akhirnya, dia mendalang tanpa wayang dan peralatan, hanya mengandalkan suaranya saja.
Saat bermain, Ki Lebdojiwo selalu menyebut tokoh Umarmadi sebagai Jemblung Umarmardi. Nah, dari situlah kemudian muncul istilah Dalang Jemblung. Jika mengacu pada versi kedua, maka Dalang Jemblung muncul di Banyumas pada tahun 1600-an.
Versi ketiga diungkapkan Ki Suparman dari Sumpiuh. Disebutkan, awalnya adalah Raden Kaligenteng dari Watukumpul Purbalingga yang ingin menikah dengan seorang anak pendeta. Saat penikahan itu, Raden Kaligenteng meminta ada acara membacakan atau menembangkan geguritan. Ceritanya seputar nabi.
Ternyata kebiasaan itu kemudian terus terjadi. Ceritanya tak hanya soal nabi tapi meluas pada cerita lain. Saat melakukan pertunjukan, pembaca geguritan itu mirip orang gila, tapi ucapannya bernilai filosofis yang tinggi.
Dalang Jemblung adalah kesenian yang memang unik. Sebab, pedalang tidak membutuhkan wayang untuk bercerita. Hal ini berbeda dengan pewayangan pada umumnya.
Referensi
Ahmad Yunus dkk, Kesenian Dalang Jemblung Sebagai Sarana Penyebaran Nilai Budaya