SERAYUNEWS – Mahalnya harga energi rumah tangga membuat kelompok ternak di berbagai daerah mencari solusi alternatif. Di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, kelompok ternak Purbalingga Farm mulai memanfaatkan kotoran hewan sebagai sumber energi biogas.
Langkah ini bukan hanya mengurangi ketergantungan pada gas LPG, tetapi juga menghasilkan pupuk organik yang bernilai ekonomis.
Program biogas di Purbalingga Farm lahir berkat sinergi antara Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kemendiktisaintek dan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dengan melibatkan dosen lintas fakultas.
Kegiatan dipimpin oleh Prasetyo, MP, bersama dua anggota tim, yakni Wilis Cahyani, MP, dari Fakultas Pertanian, serta Danang Nurcahyo, M.Sc. Mereka tidak hanya menyampaikan penyuluhan, tetapi juga mendampingi langsung praktik pengelolaan usaha peternakan di lapangan.
Kegiatan PKM ini menghadirkan sejumlah pakar dari Unsoed dengan materi yang saling melengkapi.
Keterlibatan lintas disiplin ini menunjukkan bagaimana perguruan tinggi berperan aktif dalam menghadirkan inovasi praktis untuk masyarakat.
Inovasi biogas yang dipasang di Purbalingga Farm terbukti membawa manfaat ganda. Pertama, anggota kelompok dapat menghemat biaya gas dapur. Kedua, limbah sisa hasil biogas bisa dimanfaatkan langsung sebagai pupuk organik.
Selain mendukung pertanian berkelanjutan, residu pupuk organik ini juga membuka peluang usaha baru yang berpotensi meningkatkan pendapatan kelompok.
Bahkan, kehadiran instalasi biogas dinilai mampu menjadi identitas baru atau branding bagi kandang ternak Purbalingga Farm.
Tidak hanya perguruan tinggi, pemerintah daerah juga turut mendukung keberlanjutan program ini.
Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga menghadirkan perwakilan mereka, yakni Heru Sugianto, S.Pt, selaku Pengawas Bibit Ternak, serta Gading Ardi Saputro, S.Pt, sebagai Pengawas Mutu Pakan.
Keterlibatan mereka menegaskan bahwa inovasi biogas tidak berhenti sebagai proyek sementara, tetapi dapat dikembangkan lebih lanjut dengan dukungan kebijakan daerah.
Ketua Kelompok Ternak Purbalingga Farm, Sukendar, menyampaikan apresiasinya terhadap program ini.
“Kami sangat bersyukur dengan adanya pendampingan instalasi biogas. Selain membantu mengurangi biaya rumah tangga, teknologi ini sekaligus memberi nilai tambah bagi kelompok melalui pemanfaatan pupuk organik. Semoga ke depan Purbalingga Farm dapat semakin mandiri dan berdaya saing,” ujarnya.
Kegiatan ini menunjukkan bagaimana perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan masyarakat dapat bersinergi untuk menghadirkan solusi inovatif.
Instalasi biogas di Purbalingga Farm menjadi contoh nyata penerapan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan sekaligus memberikan manfaat ekonomi.
Jika program semacam ini terus dikembangkan, bukan tidak mungkin kelompok ternak lain di berbagai daerah juga bisa meniru langkah serupa untuk mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan dan mandiri energi.***