Purwokerto, serayunews.com
Para guru honorer di berbagai daerah, termasuk di Banyumas, was-was dengan berembusnya wacana penghapusan guru honorer mulai November 2023 mendatang.
Meski banyak daerah, sudah menyiapkan kuota untuk pengangkatan guru honorer menjadi wiyata bakti, kabar itu tetap saja membuat mereka tak tenang.
Sebab seperti di Kabupaten Banyumas, dalam setahun hanya mengangkat 100 sampai 200 guru saja. Padahal, jumlah guru wiyata bakti yang sudah lolos passing grade di Banyumas saja mencapai 1.967 guru.
FF, warga Purwokerto mantan guru honorer selama 9,5 tahun yang saat ini bekerja jadi tenaga perpustakaan, merasa sangat miris dengan kondisi saat ini.
“Saya pertama wiyata bakti dapat honor Rp 100 ribu tahun 2013, terakhir sebelum mendapatkan honor daerah, saya mendapatkan dari sekolah Rp300 ribu. Kalau sekarang guru-guru baru penggajian tergantung sekolah, kurang lebih juga segitu (300 ribu, red),” katanya kepada serayunews.com, Kamis (30/6/2022) malam.
FF yang belum menjadi aparatur sipil negara (ASN) ini, juga merasa was-was dengan rencana penghapusan guru honorer. Padahal tahun ini, Ia sedang menyelesaikan pendidikan di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
“Sampai sekarang saya belum pegang kelas. Memang sekarang di tendik saya dapat Rp 1,2 juta, terakhir sebelumnya saya mendapatkan dari sekolah itu Rp300 ribu karena belum ada honor dari daerah,” katanya.
Jika masih mendapatkan penghasilan Rp300 ribu, FF mengaku sangatlah tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya.
“Ya nggak (mencukupi, red), apalagi seperti saya yang waktu itu sudah punya dua anak, suami juga honor. Memang guru sekarang bayarannya tergantung sekolah, tetapi kurang lebih segitu,” ujarnya.
Ia merasa sedih, mendengar adanya penghapusan guru honorer. Selain baru menyelesaikan PGSD, pengabdiannya di dunia pendidikan juga tidaklah sebentar.
“Pengabdian saya sudah 9,5 tahun, informasi yang beredar tahun 2023 bakal ada penghapusan. Sekarang teman-teman PG minta pengangkatan ke P3K semua. Sedangkan Banyumas informasinya mengusulkan formasi guru hanya 76. Pasti tidak cukup, setiap semester meluluskan mahasiswa ribuan, belum lagi yang sudah berkecimpung di dunia pendidikan,” katanya.
FF meyakini, bakal banyak pengangguran guru jika wacana itu terwujud. Mereka yang lulusan pendidikan guru, bakal beralih profesi.
“Sekarang guru honorer masih mending ada perhatian dari pemda, kalau untuk tendik khususnya perpustakaan belum ada. Temen-temen tendik juga pada mengeluh, banyak juga yang ganti haluan jadi guru. Mereka rela kuliah lagi termasuk saya, anak saya sudah tiga, harus memikirkan masa depan yang baik. Selesai kuliah malah mendapatkan info yang kurang baik,” ujarnya.