SERAYUNEWS – Setiap tahun ketika memasuki bulan Ramadan, umat Muslim di seluruh dunia pastinya melakukan kewajibannya yaitu berpuasa. Bagi masyarakat Indonesia, bukanlah menjadi sebuah tantangan yang berat apalagi mayoritas merupakan pemeluk Agama Islam.
Akan tetapi, saat menjalani ibadah puasa sebagai minoritas Muslim di Australia Barat memberikan pengalaman yang menarik dan penuh dengan pelajaran tentang toleransi dan keberagaman.
Hal itu dirasakan oleh salah satu dosen Universitas Jenderal Soedirman atau Unsoed, Kiky Srirejeki. Beruntungnya, ia berada di lingkungan yang mendukung penuh untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang Muslimah yang taat.
“Sebagai mahasiswa di University of Western Australia (UWA) di Perth, Kiky merasa beruntung karena lingkungan kampus sangat mendukung untuk Kiky bisa menjalankan ibadah secara optimal,” ujar Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsoed Kiky Srirejeki saat bincang-bincang jarak jauh dengan Ir. Alief Einstein, M.Hum. dari kafapet-unsoed.com.
Sebagai informasi, UWA terkenal sebagai universitas yang akomodatif terhadap kebutuhan mahasiswa Muslim. Terbukti, dengan tersedianya mushola di kampus yang menyelenggarakan buka bersama dan tarawih bersama setiap malam adalah bukti konkret dari inklusi ini.
“Acara-acara seperti ini tidak hanya mempererat hubungan antar-Muslim di kampus tetapi juga membuka pintu bagi orang lain untuk belajar dan memahami bagaimana Islam,” kata Kandidat Doktor University of Western Australia, Kiky Srirejeki.
Menurut Kiky, tidak hanya di lingkungan kampus, masyarakat Australia Barat secara umum juga terbuka terhadap keberagaman. Mereka telah terbiasa dengan kehadiran orang dari berbagai negara dan budaya, sehingga toleransi terhadap perbedaan keyakinan agama cukup tinggi.
Walaupun sederhana, Albany Mushola merupakan tempat yang sangat berarti bagi kami yang sedang berpuasa di daerah tersebut. Terlebih, Kiky beserta suami berkesempatan untuk berbincang dengan Imam Nourman, yang melayani di mushola tersebut.
Percakapan keduanya dengan Imam Nourman tidak hanya memberi kami pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan Muslim di daerah terpencil, tetapi juga menguatkan rasa solidaritas kami sebagai komunitas kecil dalam lingkungan yang beragam.
“Dengan terus memperkuat toleransi dan inklusi, kami yakin bahwa dapat menjalani ibadah dengan damai dan bahagia di mana pun kami berada, bahkan di ujung dunia sekalipun,” pungkasnya.