SERAYUNEWS– Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) meneguhkan komitmennya, pada tahun 2034 menjadi perguruan tinggi yang diakui dunia dengan kekhasannya, yakni perdesaan dan kearifan lokal. Untuk menuju itu, Unsoed terus menyiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul dan berdayasaing global, sekaligus berkarakter kebangsaan.
Unsoed Purwokerto saat ini telah memiliki sebanyak 138 Guru Besar atau dosen bergelar profesor. Jumlah itu akan terus bertambah dari waktu ke waktu. Bahkan, Rektor Unsoed Purwokerto, Prof Akhmad Sodiq mencatat, tahun 2023 ini, pihaknya telah mengukuhkan sebanyak 40 Guru Besar. Mereka siap menjadi pendidik professional sekaligus juga ilmuwan.
Dalam sebuah kesempatan, Prof Akhmad Sodiq menyampaikan kepada serayunews.com, dalam rentang waktu satu tahun saja, jumlah Guru Besar Unsoed naik lebih dari 100 persen. Hal ini menjadi komitmennya terus melahirkan profesor-profesor baru, yang terus berkontribusi bagi masyarakat, bangsa, negara dan kemanusiaan.
Dijelaskan, perguruan tinggi merupakan rumah ilmu pengetahuan untuk bertumbuh. Kampus adalah padang gembala perkembangan dan kemajuan teknologi. Ada tanggung jawab yang melekat, baik moral dan intelektual pada sivitas akademika, untuk senantiasa memacu dan memicu mutu peradaban yang mensejahterakan.
Sudah menjadi komitmen Unsoed, untuk mengokohkan dan memperkuat jati dirinya sebagai wahana mencerdaskan kehidupan bangsa. Yakni, melalui keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lebih khusus lagi, bagaimana keunggulan tersebut, menjadi sarana dalam mengembangkan sumberdaya perdesaan yang berkelanjutan dan kearifan lokal.
Unsoed lahir sejak 23 September 1963 silam, dari semangat untuk memampukan dan memuliakan kehidupan di perdesaan yang ada di Indonesia. Tak hanya itu, Unsoed pada tahun 2034 mendatang, sebagaimana visinya, akan tiba sebagai perguruan tinggi yang diakui dunia dengan kekhasannya yang perdesaan dan kearifan lokal.
Dijelaskan, salah satu proses derap langkah menuju diakui dunia adalah dengan semakin bertambahnya jumlah dan kualitas dosen dengan jabatan akademik tertingginya, yakni profesor atau guru besar. Kecendekiawanan dan kearifan dari seorang profesor di Unsoed, diharapkan akan menjadi mata air sekaligus menara air kehidupan.
Prof Akhmad Sodiq menyampaikan, jantung perguruan tinggi pada hakikatnya adalah sumber daya manusianya, yang dalam hal ini adalah dosen. Perguruan tinggi diharapkan melakukan transformasi diri sebagai jawaban atas kebutuhan dan tantangan zaman di masa depan. Hal itu diukur dengan kualitas lulusan, kualitas dosen, serta kualitas kurikulum dan pembelajaran.
“Ada tanggung jawab moral, jiwa kecendekiawanan sekaligus keberpihakan terhadap dampak dan kebermanfaatan ilmu pengetahuan di masyarakat,” ungkap Prof Akhmad Sodiq saat mengukuhkan Lima Guru Besar di Auditorium Graha Widyatama Prof Rubijanto Misman Unsoed Purwokerto, pada Kamis (9/11/2023).
“Kualitas lulusan, kualitas dosen, serta kualitas kurikulum dan pembelajaran menjadi aspek atau indikator yang terukur, sehingga semuanya mengerucut pada mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dan berdayasaing global sekaligus berkarakter kebangsaan,” jelasnya .
Berangkat dari hal itu, maka telah menjadi komitmennya di perguruan tinggi untuk mendorong karir dosen untuk menjadi pendidik professional dan ilmuwan. “Alhamdulillah, tahun ini sungguh menjadi berkah bagi Unsoed, di mana terdapat 40 professor baru yang mendapat kepercayaan yang diberikan oleh negara dan pemerintah kepada para dosen Unsoed tersebut,” tutur dia.