Masker kain menjadi kebutuhan yang cukup tinggi sejak dimulainya pandemi Covid-19 tahun lalu hingga sekarang, guna menghindari dan mencegah penularan virus juga sebagai upaya untuk mengurangi limbah kain perca yang tidak lagi digunakan.
Saat ini anjuran penggunaan masker tidak hanya menggunakan satu masker saja, akan tetapi double masker. Hal ini dikarenakan penggunaan double masker lebih efektif dalam mencegah penuluran virus corona (Centers for Disease Control and Prevention, 2021). Kemudian kombinasi double masker yang tepat dan dianjurkan yaitu kombinasikan penggunaan masker kain di atas masker bedah atau medis. Sehingga kebutuhan akan masker kain dan masker medis akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat.
Kain perca merupakan kain sisa dari pakaian yang sudah tidak lagi digunakan. Meski namanya adalah ‘kain sisa’, kain ini nyatanya dapat dimanfaatkan dan diubah menjadi kain yang bermanfaat. Seperti halnya yang dilakukan oleh Desty Dwi Lestari salah satu Mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro Tahun 2021 yang dibimbing oleh Dr. rer. nat Thomas Triadi Putranto, ST., M. Eng selaku dosen pembimbing, mengajak remaja RT 02 RW 01 Desa Sokaraja Kidul, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas memanfaatkan kain perca untuk dijadikan sebagai masker kain.
Kegiatan ini disambut baik oleh para remaja RT 02 RW 01, salah satunya yaitu Putri Fadhillah mengungkapkan bahwa kegiatan ini sungguh bermanfaat, mulai dari mendapatkan ilmu baru dan keterampilan baru, mengisi waktu luang dan refreshing.
Kegiatan pembuatan masker kain perca ini sebagai salah satu upaya pemberdayaan remaja yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dan kreatifitas remaja. Remaja merupakan sumber daya produktif yang dengan ide kreatifnya dapat membuka suatu usaha (wirausaha), salah satunya dengan memanfaatkan barang yang tadinya tidak bernilai guna menjadi bernilai guna hingga memiliki nilai ekonomis.
Pembuatan masker kain perca ini menggunakan alat-alat sederhana yang dapat ditemukan di rumah, seperti alat tulis, alat jahit tangan, dan gunting. Langkah-langkah pembuatannya diawali dengan pengumpulan kain perca, kemudian pembuatan desain pola masker, pengguntingan pola, menggambar pola pada kain, menggunting kain sesuai pola, proses penjahitan (manual), pemasangan benang elastik, dan finishing. Output dari kegiatan ini yaitu selain untuk mengkampanyekan kreatifitas terhadap pengolahan limbah kain, kegiatan ini diharapkan juga dapat menambah kesadaran masyarakat untuk selalu mematuhi protokol kesehatan. Produk masker kain perca “Mas Inca” yang diharapkan dapat memberikan edukasi bagi remaja untuk belajar berwirausaha dan melatih jiwa berwirausaha sejak dini yang bernilai ekonomis.
Penulis
Desty Dwi Lestari
Mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro
Tahun 2021