SERAYUNEWS – Bagi para penggemar teka-teki silang (TTS), pertanyaan “doa yang mengakibatkan kesusahan” mungkin sudah tidak asing lagi.
Pertanyaan seperti ini sering muncul di berbagai TTS, baik di koran, majalah, maupun platform digital, dan sering membuat pemain penasaran mencari jawaban yang tepat.
Meski terlihat sederhana, soal ini sebenarnya membutuhkan pemahaman makna bahasa yang cukup dalam.
Teka-teki silang sendiri merupakan permainan kata yang sudah lama populer di berbagai kalangan. Tujuannya bukan hanya untuk hiburan, tetapi juga melatih otak agar tetap tajam dan responsif.
Dalam permainan ini, pemain diminta untuk mengisi kotak putih dengan huruf yang membentuk kata sesuai dengan petunjuk mendatar dan menurun.
Salah satu soal yang kerap memancing rasa ingin tahu adalah “doa yang mengakibatkan kesusahan”. Pertanyaan ini terdengar religius, namun jika dicermati, konteksnya lebih ke arah makna kiasan dalam bahasa Indonesia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jawaban untuk pertanyaan tersebut adalah “kutuk”. Kata kutuk diartikan sebagai doa atau ucapan yang diyakini dapat membawa kesialan, kesusahan, atau bahkan bencana bagi orang lain.
Dalam konteks TTS, kata ini cocok karena memiliki arti yang sejalan dengan petunjuk yang diberikan, sekaligus terdiri dari lima huruf yang sering sesuai dengan jumlah kotak dalam permainan.
Lebih dari sekadar jawaban, kata kutuk juga mengandung nilai budaya dan moral. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat sering menggunakan istilah “terkutuk” untuk menggambarkan seseorang atau sesuatu yang terkena dampak buruk dari doa atau ucapan negatif.
Hal ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh kata dan doa dalam kepercayaan masyarakat Indonesia.
Selain pertanyaan tersebut, ada pula berbagai soal TTS lain yang sering muncul dan tak kalah menantang.
Misalnya, pertanyaan tentang benda, nama tempat, hingga istilah sains. Contohnya seperti “benda dari tanah liat yang dibakar” dengan jawaban keramik, atau “tanah yang dikelilingi air” dengan jawaban pulau.
Soal-soal seperti ini bukan hanya menguji pengetahuan umum, tetapi juga memperkaya kosakata pemain.
Untuk para pecinta TTS, memahami konteks bahasa Indonesia menjadi kunci utama agar mudah menebak jawaban.
Sebab, TTS tidak selalu membutuhkan hafalan, melainkan kemampuan berpikir logis dan penalaran semantik. Beberapa soal sering menggunakan permainan kata atau plesetan yang membuatnya lebih menantang dan menarik.
Sebagai contoh, soal “binatang apa yang bisa nyanyi dangdut?” bukanlah soal serius, melainkan lucu-lucuan.
Biasanya, jawaban yang diharapkan bersifat jenaka atau menggunakan permainan bunyi. Inilah daya tarik utama TTS, perpaduan antara hiburan, logika, dan kreativitas.
Selain itu, maraknya TTS digital juga membuat permainan ini kembali populer di kalangan muda.
Banyak aplikasi dan situs menyediakan TTS dengan tingkat kesulitan beragam. Beberapa bahkan menyesuaikan tema dengan tren terkini, seperti film, anime, hingga isu sosial.
Jadi, jika Anda sedang mencari jawaban untuk soal “doa yang mengakibatkan kesusahan” dalam permainan TTS, jawabannya adalah “kutuk”.
Kata ini tidak hanya memenuhi kriteria jumlah huruf dan makna, tetapi juga menjadi contoh bagaimana bahasa bisa mengandung makna mendalam yang tak selalu terlihat di permukaan.
Permainan TTS memang terlihat sederhana, namun di baliknya tersimpan banyak manfaat: meningkatkan daya ingat, memperluas wawasan, dan tentu saja memberi hiburan yang cerdas.
Jadi, jangan ragu untuk terus bermain dan menantang diri sendiri dengan berbagai soal menarik lainnya.***