
SERAYUNEWS – Pulau Nusakambangan yang selama ini identik dengan citra angker dan tertutup, kini kian menunjukkan wajah baru sebagai kawasan pemasyarakatan yang produktif dan berdaya guna. Melalui kolaborasi antara Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) bersama PT PLN, limbah Fly Ash & Bottom Ash (FABA) hasil pembakaran batu bara dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) kini disulap menjadi produk konstruksi bernilai ekonomi berupa batako dan paving block.
Sinergi tersebut diwujudkan melalui pendirian Balai Latihan Kerja (BLK) pengelolaan FABA di kawasan Lapas Nusakambangan. Program ini tidak hanya menjadi solusi pengelolaan limbah industri, tetapi juga menjadi sarana pemberdayaan warga binaan agar memiliki keterampilan kerja yang aplikatif dan berkelanjutan.
Sebanyak 142 tenaga kerja terlibat langsung dalam operasional workshop FABA ini, dengan 30 di antaranya merupakan tenaga ahli terampil yang seluruhnya berasal dari warga binaan pemasyarakatan. Dari fasilitas tersebut, ditargetkan mampu memproduksi sekitar 2 juta paving block dan 1 juta batako setiap tahunnya, dengan estimasi omzet mencapai Rp5,4 miliar.
Kepala Lapas Karanganyar Nusakambangan sekaligus Koordinator Balai Latihan Kerja FABA menegaskan bahwa keterampilan yang diberikan kepada warga binaan bukan sekadar aktivitas pembinaan rutin, melainkan menjadi investasi jangka panjang sebagai modal sosial dan ekonomi ketika mereka kembali ke tengah masyarakat.
Menurutnya, pembekalan keterampilan kerja menjadi kunci agar para warga binaan mampu mandiri dan memiliki daya saing setelah selesai menjalani masa pidana.

Kolaborasi dengan PLN juga diharapkan dapat terus berlanjut secara berkesinambungan, sehingga proses pembinaan tidak terhenti dan mampu melahirkan sumber daya manusia yang terampil, produktif, serta siap kembali berperan positif di lingkungan sosialnya.
“Pelatihan di workshop FABA ini menjadi bekal penting bagi warga binaan dalam meningkatkan keterampilan dan kepercayaan diri. Kami berharap setelah mereka bebas nanti, ilmu yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk bekerja, berwirausaha, dan kembali menjadi bagian dari masyarakat yang produktif. Kolaborasi dengan PLN tentu sangat kami apresiasi dan diharapkan terus berlanjut,” ujarnya, Kamis (4/12/2025).
Manfaat program ini juga dirasakan langsung oleh para warga binaan. Salah satu peserta pelatihan berinisial S mengungkapkan antusiasmenya mengikuti proses pengolahan FABA menjadi batako dan paving block.
Ia mengaku baru pertama kali mempelajari keterampilan tersebut selama menjalani masa pembinaan. Menurutnya, pelatihan ini tidak hanya menambah pengetahuan teknis, tetapi juga membuka harapan baru untuk hidup mandiri di masa depan.
“Pelatihan ini sangat membantu bagi saya. Sekarang saya jadi tahu prosesnya dan bisa langsung mempraktikkan cara membuat batako dan paving blok dengan benar. Insyaallah, keterampilan ini bisa saya manfaatkan nanti setelah bebas untuk mencari penghasilan,” ungkapnya.
Sementara itu, terpisah sebelumnya, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan bahwa kerja sama ini tidak hanya berorientasi pada proses produksi, tetapi juga diarahkan untuk membangun rantai pasok yang terintegrasi dan berkelanjutan dari hulu hingga hilir. Pengelolaan FABA didorong agar memiliki nilai tambah ekonomi sekaligus menopang ekosistem usaha yang berdaya saing.

“Kami berupaya membangun rantai pasok end to end untuk produk FABA ini. Saat ini memang masih berada pada tahap awal, namun ke depan akan terus kami kembangkan dan perkuat melalui sinergi bersama berbagai pihak,” ujar Darmawan.
Selain memberikan manfaat ekonomi dan sosial, instalasi pengelolaan FABA ini juga berdampak positif terhadap lingkungan. Tercatat adanya potensi penurunan emisi hingga 1.598 ton CO2e per tahun dengan mengganti sebagian bahan semen menggunakan geopolimer dari FABA. Langkah ini mampu menekan emisi karbon dari produksi semen hingga 44 persen.
Pemanfaatan FABA pun tidak hanya menjadi solusi pengelolaan limbah industri, tetapi juga membuka lapangan kerja baru, mengurangi timbunan residu batu bara, serta menghadirkan produk konstruksi ramah lingkungan. Inisiatif ini menjadi bukti bahwa program pembinaan warga binaan dapat berjalan seiring dengan agenda keberlanjutan dan pembangunan hijau nasional.