SERAYUNEWS- Setiap tahunnya, jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul di Tanah Suci Makkah.
Mereka datang memenuhi panggilan suci dalam pelaksanaan ibadah haji, sebuah momentum agung yang tidak hanya sarat makna spiritual, tetapi juga menyulam pesan-pesan kemanusiaan yang mendalam.
Guru Besar sekaligus Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK), UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto, Prof. Fauzi menegaskan bahwa ibadah haji adalah lebih dari sekadar ritual keagamaan.
Haji, menurutnya, adalah pertemuan akbar umat Islam sedunia muktamar global tahunan yang mempertemukan berbagai bangsa dalam satu identitas universal: tamu-tamu Allah atau dluyuufurrahmaan.
“Haji merupakan panggilan ilahi yang menembus batas negara, ras, bahasa, bahkan kepentingan politik,” tulis keterangan Prof. Fauzi, Jumat (6/6/2025).
Di Tanah Suci, umat Islam bertemu sebagai satu tubuh yang utuh, dalam ikatan iman dan cinta kemanusiaan.
Dalam balutan ihram yang sederhana dan seragam, seluruh jamaah haji menanggalkan identitas duniawi mereka.
“Tidak ada kasta, jabatan, atau status sosial. Yang tersisa hanyalah manusia dan Tuhan-Nya kesetaraan absolut di hadapan Allah SWT,” jelasnya.
Kesan utama dari ihram adalah simbol kesetaraan. Semua hamba berjalan bersama dalam satu arah, menjalankan rangkaian ibadah yang sama. Ini bukan hanya ritual, tapi juga pesan kuat tentang solidaritas dan persaudaraan global.
Momentum ini menjadi sangat relevan di tengah krisis kemanusiaan global yang terus membara: perang, kemiskinan, ketimpangan sosial, dan polarisasi politik.
Haji hadir membawa pesan bahwa Islam adalah kekuatan pemersatu, perekat yang menyatukan keberagaman menjadi kekuatan kolektif.
Bersamaan dengan perayaan Idul Adha, umat Islam ia ingatkan untuk tidak hanya melaksanakan kurban sebagai ritual semata.
Lebih dari itu, kurban adalah panggilan untuk memperkuat kepedulian sosial, berbagi dengan yang membutuhkan, dan memperteguh nilai-nilai kemanusiaan.
“Kurban bukan hanya simbol ketakwaan, tapi juga bentuk nyata solidaritas. Ini menjadi perpanjangan pesan haji yang mengajarkan kasih sayang lintas batas iman,” terang Prof. Fauzi.
Ia juga mengajak seluruh umat Islam, khususnya para alumni haji, untuk membawa pulang oleh-oleh spiritual: semangat damai, cinta kasih, dan komitmen untuk menjadi agen perubahan sosial.
Menurut Prof. Fauzi, umat Islam perlu menjadikan haji sebagai titik tolak gerakan kemanusiaan global.
Dalam dunia yang terpecah karena ego sektoral dan ambisi kekuasaan, Islam melalui haji menawarkan paradigma baru: kepentingan kemanusiaan di atas segalanya.
Kini saatnya kita tidak hanya menunaikan haji secara syar’i, tetapi juga menjadikannya kompas moral untuk membumikan nilai-nilai ukhuwah basyariah.
“Sebab dunia hari ini sangat merindukan damai, dan Islam memiliki bekal lengkap untuk mewujudkannya,” pungkasnya.