SERAYUNEWS – Sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, terdapat ibadah sunnah iktikaf, yaitu berdiam diri di masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Sebenarnya ibadah ini bisa dilakukan kapan saja, tetapi waktu iktikaf yang paling utama adalah di sepuluh hari terakhir Ramadan. Tujuannya, untuk mencari dan menghidupkan Lailatulqadar, karena pahalanya lebih baik dari seribu bulan.
Syekh Nawawi Al-Bantani pada Bab tentang iktikaf di dalam kitab Nihayatuz Zain membaginya pada tiga tingkatan. Pertama, menghidupkan Lailatulqadar dengan mendirikan salat. Kedua, menghidupkan sebagian malamnya dengan zikir. Ketiga, dengan melakukan salat isya berjamaah dan salat subuh berjamaah.
Sebelum menjadi Rasul, Nabi Muhammad SAW memiliki kebiasaan dan kecintaan untuk mengasingkan diri (uzlah), dengan tujuan untuk beribadah, salah satunyamengasingkan diri di Gua Hira. Uzlah juga termasuk ritual para nabi terdahulu seperti nabi Musa AS di bukit Thurizina.
Pada saat uzlah itulah, Allah SWT mewahyukan perintah membaca, “Iqra’ bismi rabbika-ladzi khalaq” (bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan). Ayat ini merupakan wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT pada Muhammad SAW.
Jadi, iktikaf pertama Nabi Muhammad SAW adalah merenung, berpikir dan melakukan refleksi. IKtikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadan bukanlah sekedar menyepi dan meninggalkan keramaian lalu menyibukkan diri dengan ibadah ritual dan zikir yang bersifat individual semata.
Iktikaf yang diharapkan Nabi Muhammad SAW adalah proses ibadah yang mengacu pada penguatan hubungan secara spritual dengan Tuhan yang diikuti dengan zikir dan tafakur.
Ibadah, zikir, serta tafakkur bertujuan untuk memusatkan kekhusyukan jiwa saat berdialog dengan Allah SWT. Biarkan Al-Qur’an menyapa nurani kita untuk membuka jalan bagi kesulitan hidup,
Iktikaf terbaik adalah melakukan ibadah ritual tanpa meninggalkan tafakkur, berpikir dengan menyebut nama Allah SAW.
Rasulullah SAW bersabda, “Tafakur satu jam lebih baik ketimbang ibadah 60 tahun lamanya.” (antara lain termaktub dalam kitab Nashaih al-Ibadkarya an-Nawawi al- Bantani).
Bila Lailatulqadar bernilai lebih baik dari 1000 bulan, ibadah berpikir semalam lebih baik dari 720 tahun.
Apa alasannya begitu hebatnya ibadah berpikir? Ibadah berpikir itu menimbulkan kesadaran dan kesadaran menimbulkan amal yang baik. Banyak orang yang beragama tetapi tidak sadar beragama, karena tidak mengamalkan ajaran agamanya. *** (O Gozali)