
SERAYUNEWS– Setiap tanggal 10 November, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan Nasional sebagai bentuk penghormatan terhadap para pejuang kemerdekaan. Namun, tahukah kamu mengapa tanggal ini dipilih sebagai Hari Pahlawan?
Jawabannya berawal dari pertempuran heroik di Surabaya pada tahun 1945, yang menjadi simbol keberanian dan pengorbanan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dari penjajahan.
Melansir edaran resmi Menteri Sosial Republik Indonesia bernomor S-816/MS/PB.06.00/10/2025 tertanggal 31 Oktober 2025, berikut ulasan selengkapnya:
Peristiwa 10 November 1945 menjadi momen penting dalam sejarah perjuangan bangsa. Saat itu, pasukan Indonesia bertempur melawan tentara Inggris yang datang bersama sekutu setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Pertempuran ini menjadi perang besar pertama antara pasukan Indonesia dengan kekuatan asing setelah kemerdekaan. Bentrokan bersenjata ini juga menjadi salah satu pertempuran terbesar dan paling berdarah dalam sejarah revolusi nasional Indonesia.
Awal mula pertempuran dipicu oleh insiden tewasnya Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby, pimpinan tentara Inggris di Jawa Timur, pada 30 Oktober 1945.
Peristiwa itu membuat pihak Inggris marah dan mengeluarkan ultimatum pada rakyat Surabaya untuk menyerahkan senjata paling lambat 10 November 1945. Namun, rakyat menolak menyerah.
Tepat pada pagi hari tanggal 10 November 1945, tentara Inggris melancarkan serangan besar-besaran ke seluruh penjuru Surabaya. Meski kalah persenjataan, rakyat Surabaya melawan dengan gagah berani.
Pertempuran berlangsung selama lebih dari tiga minggu. Sekitar 20.000 rakyat Surabaya gugur, sebagian besar adalah warga sipil.
Lebih dari 150.000 penduduk terpaksa mengungsi, dan 1.600 tentara Inggris tewas atau terluka. Kota Surabaya porak-poranda, tetapi semangat juang rakyat tidak pernah padam.
Perlawanan rakyat Surabaya yang tak kenal takut membuat pasukan Inggris kewalahan. Dari sinilah lahir julukan “Kota Pahlawan”, yang kini melekat pada identitas Surabaya sebagai simbol keberanian nasional.
Semangat juang yang membara tanpa kenal menyerah, meski menghadapi pasukan bersenjata lengkap, membuat dunia mengakui keberanian bangsa Indonesia.
Pertempuran Surabaya menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk terus berjuang mempertahankan kemerdekaan.
Untuk menghormati jasa para pejuang yang gugur di Surabaya, pemerintah kemudian menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan Nasional.
Penetapan ini berdasarkan sejumlah peraturan dan keputusan resmi, antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Kehormatan.
3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Gelar dan Tanda Kehormatan.
5. Keputusan Presiden RI Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur.
6. Instruksi Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan, dan Menteri Sosial Tahun 1975 tentang Peringatan Hari Pahlawan.
7. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 6 Tahun 2025 tentang Tata Kerja Kementerian Sosial RI.
Dasar hukum ini menegaskan bahwa Hari Pahlawan bukan sekadar peringatan seremonial, melainkan momen reflektif untuk memperkuat semangat nasionalisme dan nilai perjuangan di tengah kehidupan modern.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan adalah seseorang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran.
Dalam konteks kebangsaan, pahlawan berjuang bukan hanya dengan senjata, tetapi juga dengan semangat, pikiran, dan pengabdian untuk bangsa dan negara.
Seorang pahlawan berjuang karena mencintai tanah air dan rela berkorban demi kebenaran serta kemerdekaan bangsanya.
Di era sekarang, makna pahlawan dapat diwujudkan melalui kontribusi positif di bidang pendidikan, teknologi, sosial, budaya, hingga lingkungan.
Peringatan Hari Pahlawan tahun 2025 membawa pesan kuat bagi generasi muda:
“Jadilah pahlawan masa kini dengan berbuat nyata untuk bangsa.”
Nilai-nilai kepahlawanan harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti bekerja keras, menjaga kejujuran, berinovasi, dan saling menghormati perbedaan.
Pemerintah juga mendorong masyarakat untuk meneladani semangat juang para pahlawan melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguasaan ilmu pengetahuan, dan pemanfaatan teknologi untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Beberapa tokoh yang berperan besar dalam pertempuran Surabaya antara lain:
KH. Hasyim Asy’ari, tokoh ulama pendiri Nahdlatul Ulama yang mengeluarkan fatwa “Resolusi Jihad”.
Gubernur Suryo, Gubernur Jawa Timur pertama yang membangkitkan semangat rakyat.
Bung Tomo, orator legendaris yang menyemangati rakyat lewat pidato-pidato heroik.
Dr. Moestopo, dokter sekaligus pejuang yang terjun langsung di medan perang.
Keberanian mereka menjadi teladan abadi bagi generasi penerus bangsa dalam menjaga kemerdekaan Indonesia.
Peristiwa 10 November mengajarkan bahwa kemerdekaan tidak datang dengan mudah. Ribuan nyawa gugur agar bangsa Indonesia bisa berdiri sebagai negara merdeka, berdaulat, dan bermartabat.
Kini, perjuangan tidak lagi di medan perang, tetapi di medan pembangunan. Semangat kepahlawanan harus dihidupkan dalam bentuk etos kerja, integritas, tanggung jawab, dan cinta tanah air.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya.” Ir. Soekarno
Peringatan Hari Pahlawan 10 November 2025 bukan sekadar mengenang masa lalu, melainkan panggilan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk menjadi pahlawan masa kini.
Dengan semangat juang yang diwariskan para pendahulu, mari kita wujudkan Indonesia yang berdaulat, maju, dan berkeadilan, demi masa depan bangsa yang gemilang.