SERAYUNEWS – Masjid Agung Darussalam Cilacap di Jalan Masjid, Cilacap Tengah, merupakan salah satu masjid tertua dan paling bersejarah di Kabupaten Cilacap.
Berdiri lebih dari dua abad yang lalu, masjid ini memiliki keunikan tersendiri baik dari segi arsitektur maupun sejarahnya.
Ketua Takmir Masjid Agung Darussalam, KH Muslihun Azhari, menyampaikan bahwa pembangunan masjid ini mulai tahun 1776 Masehi.
Bukti sejarah ini tercermin dari sebuah beduk kuno di dalam masjid yang bertuliskan angka 1776, tahun awal pembangunan.
Beduk tersebut menjadi saksi bisu perjalanan panjang masjid ini dalam perkembangan Islam di Cilacap.
“Berdirinya Masjid Agung Darussalam Cilacap ini tidak lepas dari berdirinya kerajaan Islam di tanah Jawa. Dari prasasti yang tertulis di beduk, terdapat angka 1263 Hijriyah dan 1776 Masehi,” ujar Muslihun, Sabtu (15/3/2025).
Masjid ini dibangun oleh keturunan atau murid Sunan Kalijaga. Pada masa itu, Cilacap belum menjadi kabupaten. Masjid ini berdiri sebagai simbol kebangkitan Islam di wilayah tersebut.
Terdapat berbagai versi mengenai siapa pendiri masjid ini. Tetapi yang pasti, pengaruh Sunan Kalijaga sangat besar dalam pembangunannya.
“Ada banyak versi tentang siapa pendiri Masjid Agung Darussalam Cilacap ini, ada yang mengatakan cucu atau murid dari Sunan Kalijaga,” ungkapnya.
Salah satu ciri khas yang membedakan Masjid Agung Darussalam adalah jumlah tiang saka di dalamnya. Jika kebanyakan masjid hanya memiliki empat tiang saka, masjid ini memiliki puluhan tiang saka.
“Yang berbeda dari Masjid Agung Darussalam Cilacap ini adalah jumlah tiang saka guru. Berbeda dari masjid-masjid lainnya, masjid ini memiliki 20 saka guru yang menggambarkan sifat wajib dan mustahil Allah SWT,” ujarnya.
Keberadaan tiang-tiang ini menambah kesan kokoh dan megah pada bangunan masjid yang memiliki luas sekitar 2.500 meter persegi. Masjid ini berdiri di atas lahan seluas 3.500 meter persegi.
Selain itu, atap masjid yang berbentuk rumah joglo memberikan sentuhan budaya Jawa yang kental. Sehingga menjadikan masjid ini bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai warisan budaya yang berharga.
Di puncak atap masjid, terdapat ornamen mustoko, menyerupai peninggalan Wali Songo di Masjid Agung Demak.
Elemen ini menambah nilai historis dan spiritual pada masjid, menciptakan harmoni antara nilai-nilai Islam dan budaya Jawa.
Selama bulan Ramadan, Masjid Agung Darussalam Cilacap menjadi pusat kegiatan ibadah dan sosial yang sangat penting bagi umat Muslim di Cilacap.
Setiap tahunnya, masjid ini selalu dipenuhi jamaah yang datang untuk beribadah, terutama dalam pelaksanaan salat wajib, salat tarawih, dan tadarus Alquran.
Suasana kekhusyukan dan kebersamaan terasa kuat selama Ramadan, di mana jemaah dari berbagai usia berkumpul untuk beribadah bersama.