Moro Boleh Tak Ada Lagi, Tapi Kenangannya Tetap Abadi
Banyumas

Moro Boleh Tak Ada Lagi, Tapi Kenangannya Tetap Abadi

Bagikan:
Pengumuman Stock Opname Moro Purwokerto sebelum di nyatakan pailit tertanggal 16 November 2023 menurut keputusan Pengadilan Niaga Semarang. (Foto: Serayunews/Farikh Hariyadi)

SERAYUNEWS – Karena pailit, Moro Purwokerto tak lama lagi akan tutup selamanya. Sejak buka tahun 1997 silam, bertahan untuk seperempat abad bukan waktu yang sebentar. Swalayan ini sempat menempati puncak kejayaannya di tahun 2000-an.

Sesuai tag line-nya ‘Belanja Segala Pilihan’, kala itu Moro menjadi pusat belanja berbagai kebutuhan.

Menjadi pusatnya belanja masyarakat Purwokerto, Banyumas dan kabupaten tetangga. Harga yang bersahabat, menjadikan Moro pilihan belanja baik retail maupun grosir.

Datang ke Moro Purwokerto tidak hanya berbelanja, karena juga menyediakan wahana permainan anak.

Selain itu ada juga yang memang sengaja untuk makan di food cort. One stop service ini yang menjadikan Moro sebagai pilihan.

Banyak Cerita Indah

Tapi waktu terus berjalan, Moro sudah tidak mampu bertahan. Moro tidak akan ada lagi, tapi kenangannya abadi.

“Paling aku ingat adalah penjual perahu otok-otok yang pake api, di depan pintu masuk persis,” kata Anas, warga Purwosari, Baturraden.

Mainan klasik dengan penjual tua itu, selalu menyita perhatian. Secara otomatis mata akan melirik, setiap kali lewat.

Selain itu, swalayan sebesar Moro, masih mengijinkan penjual untuk menggelar lapak di pelatarannya.

“Hal itu yang menjadikan sangat berkesan bagi saya,” ujarnya.

Kenangan manis Rahmat Cahyono, warga Purwokerto Barat, berbeda lagi. Kurun waktu 3,5 tahun bekerja di Moro tentu menyisakan kesan. Dia menjadi saksi masa kejayaan pusat perbelanjaan itu.

Sebagai karyawan, urusan upah dan bonus tentu menjadi sesuatu yang sangat dia nanti. Selama kurun waktu 2006-2009, dia tidak pernah merasakan bayaran telat.

“Gaji dan uang lembur ngga pernah telat,” katanya.

Lain lagi bagi oleh Ratna warga Jalan Pramuka dan Giwang pria asal Sokaraja. Moro sepertinya tidak akan pernah terlupakan.

Sebab Moro menjadi tempat tumbuh dan berkembang benih cinta mereka. Dua mantan karyawan itu, kini telah menjadi pasangan suami istri.

“Kalau dulu satu atap dalam kerjaan, sekarang satu atap dalam rumah tangga. Kita ketemu di sana (Moro, red),” kata Ratna.

Sedangkan bagi Janu, warga Kutasari, Baturraden, wahana permainan di Moro yang menjadi kenangan.

Hanya bermodal Rp 50 ribu, sudah bisa dapat kepuasan. Berbagai jenis permainan, tersedia dalam satu tempat.

“Murah dan banyak jenisnya, kalau libur sekolah dulu pasti minta main ke Moro. Habis main terus makan sama keluarga,” kata dia.

Editor: Dedy Afrengki