Purbalingga, serayunews.com
Pemkab Purbalingga melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag), menyikapi dengan tenang nyinyiran netizen di sosial media (sosmed). Netizen menyoal dengan bangunan PFC saat ini. Sebab lapak untuk pedagangan yang dibuat terbuka, seolah seperti lokasi gantangan burung kicau.
Kepala Dinperindag Johan Arifin saat dikonfirmasi menyampaikan, kondisi saat ini baru selesai pembangunan tahap III. Tahun 2022 pembangunan PFC akan dilanjutkan tahap IV. Anggaran senilai Rp1.450.000.000,-. Anggaran tersebut akan digunakan untuk membangun Los Jualan blok D PFC timur dengan luas 6 m x 110 m.
“Dengan konsep ada lantai 2 untuk tempat santai, lampu-lampu hias, dan perbaikan pembuangan limbah,” kata Johan, Senin (14/02/2022) petang.
Konsep lapak terbuka, lanjut Johan, memang itu yang dipilih. Hal itu didasari pertimbangan banyaknya jumlah pedagang. Selain itu juga akarena keterbatasan anggaran yang dimiliki Pemkab.
“Pastinya akan sangat tergantung dari jumlah pedagang, luasan lahan, konsep kuliner, jenis dagangan serta anggaran yang disediakan. Di kota atau kabupaten lain juga ada yang terbuka dan bisa maju berkembang, ada juga yang tertutup juga bisa maju dan berkembang,” kata Johan.
Konsep terbuka atau tertutup semua ada kelemahan san kelibihan. Saat di awal, ada juga tawaran untuk konsep tertutup. Namun mempertimbangakan jumlah pedagang, konsep itu dirasa tidak sesuai. Karena tidak bisa menampung semua pengunjung.
Dia menjelaskan, konsep terbuka atau tertutup masing-masing punya ciri khas kelemahan dan kelebihan. Pada saat perencanaan PFC konsep tertutup juga pernah kita wacanakan. Namun dengan mempertimbangkan jumlah pedagang alun-alun dan GOR saat itu yang harus dipindah mencapai 369 pedagang, jenis dagangan PKL yang sangat beragam apalagi ada juga PKL mainan mobil-mobilan, prosotan balon yang besar, perlu yang memerlukan ruang terbuka.
“Selain itu juga kemampuan anggaran APBD sehingga kita memutuskan konsep terbuka lebih memungkinkan, tentu dengan segala kekurangan dan kelebihannya,” ujarnya.
Johan tetap optimis, PFC tetap ramai, jika sudah melewati masa adaptasi. Konsep terbuka dibanyak memiliki kelebihan nuansa kuliner malam yang lebih santai, segar, khas PKL, mampu mngakomodir banyak jenis jualan yang beda-beda. Pemeliharaan yang lebih mudah dan murah. Serta biaya operasional pedagang yang lebih murah.
“Kekurangannya sangat tergantung dengan cuaca, bila hujan tentu memberikan dampak kurang baik bagi pedagang karena konsumen berkurang. Tapi pedagang PFC dulu kan juga biasa berdagang di ruang terbuka, jadi sudah biasa menghadapi cuaca panas hujan,” kata dia.
Lebih lanjut Johan menjelaskan, bahwa pihaknya lebih menekankan pada hal manajemen. Baik tata tempat maupun tata usaha, agar bisa dikelola dalam suasana yang cenderung modern.
“Karenanya kita akan lebih fokus ke soal manajemen tata tempat dan tata usaha dagangnya, agar bisa dikelola dalam suasana yang modern meski dengan kuliner yang masih sederhana dan tradisional, khas PKL,” katanya.