SERAYUNEWS- Jazz Gunung Slamet 2024 di Wanawisata Baturraden, Sabtu (11/5/2024) malam, membawa kesan tersendiri. Selain karena hujan yang sempat membuat penonton menunggu, perhelatan ini menjadi panggung musik dua generasi.
Sejumlah musisi tampil di panggung musik yang terlaksana untuk kedua kalinya di lokasi ini. Namun yang paling penonton nantikan adalah penampilan Mus Mujiono feat Ermy Kulit dan Sal Priadi.
Keduanya mewakili musisi dua generasi yang berbeda. Yang pertama adalah musisi era tahun 1980-1900 an, sedangkan yang kedua adalah musisi yang mengawali karir tahun 2017.
Sekitar 1.000 penonton yang datang, juga merupakan penggemar musisi dari dua generasi yang berbeda tersebut. Pertama adalah yang mewakili generasi usia 45 tahun keatas, kedua yang mewakili generasi usia 20 tahun keatas. Kedua generasi berbaur dan menjadi satu dalam barisan “Jemaah Al-Jazziah”.
Mus Mujiono yang merupakan “George Benson”-nya Indonesia, tak asing bagi penggemar musik pop dan jazz di tahun 1980 hingga 1990 an.
Lelaki yang akrab dengan sapaan Nono ini, merupakan musisi sekaligus penyanyi yang mahir memainkan sejumlah alat musik.
Mulai dari gitar, sakspone, drum dan keyboard. Semalam, penyanyi berusia 64 tahun itu membawakan Puncak Asmara, Keraguan dan Arti Kehidupan. Vocal dan cabikan gitarnya, masih oke dan keren.
Saat Nono berkolaborasi dengan Ermy Kulit, penonton yang masuk dalam generasi pertama ikut bernyanyi. Terutama saat lagu Pasrah karya Ryan Kyoto, dia lantunkan dengan suara serak-serak basah namun masih prima itu.
“Dimana lagi, kemana lagi harus ku cari Tempat untuk bertanya. Angin pun tiada, burung pun tiada. Semua tiada bawa berita,” salah satu bait lagu itu, ikut dinyanyikan penonton yang generasi usia 40 tahun.
Walau kadang malu-malu, bibir mereka ikut melantunkan lagu itu lamat-lamat. Begitu pula di lagu “Kasih” karya Richard Kyoto. Penonton generasi tersebut lantang ikut bernyanyi seakan menjadi vocal latar untuk penyanyi berusia 68 tahun itu.
“Kasih dengarlah hatiku berkata, aku cinta kepadamu sayang, kasih percayalah kepada diriku, hidup matiku hanya untukmu,” Lagu ini terasa romantis di tengah suasana sehabis hujan berbalut angin dan kabut malam dingin.
Di penghujung acara, Sal Priadi menghentak dengan aksi panggungnya. Kali ini giliran penonton generasi kedua seperti terbangun dari tidur. Mereka ikut bergerak, bernyanyi bersama penyanyi bernama asli Salmantyo Ashrizky Priadi ini.
Lagu penyanyi kelahiran Malang ini, selain memiliki lirik unik juga bermakna dalam. Sebut saja lagu “Kita Usahakan Rumah Kita” yang liriknya sangat dalam dan bijaksana.
“Kita usahakan rumah itu. Dari depan akan tampak sederhana, tapi kebunnya luas, tanamannya mewah, megah,” bunyi lirik lagu Sal.
Sal tampil atraktif bersama backing vocal, Natalia Karin dan band pengiringnya. Lagu-lagu mulai dari Semua Lagu Cinta, Markers And Such Pens Flashdisk, Zuzuzaza, Titik Titik, Ya Sudah.
Hingga Planet, Mesranya Kecil-Kecilan Dulu dan Serta Mulia langsung meluncur tanpa jeda. Sehingga Hawa dingin menjelang pergantian hari seperti tak terasa.
Jazz Gunung Slamet 2024 juga menampilkan musisi Cresensia Naibaho, Borderline Feat Nita Aartsen serta grup musik asal Purwokerto, Langthiep and The Boy Friends. Aksi panggung mereka, juga tak kalah memukau.
Menikmati jazz di tengah suasana dingin pegunungan memang mengasyikan. Sampai jumpa di Jazz Gunung Slamet tahun depan.