SERAYUNEWS – Pendopo Dipokusumo Purbalingga berubah menjadi panggung kolaborasi seni tradisi pada Minggu (14/9/2025) malam.
Gelaran perdana Tangine Seni Budaya memikat ratusan penonton dengan perpaduan wayang semi sandosa, tarian, monolog sejarah, hingga lengger Banyumasan yang dikemas hangat dan edukatif.
Pagelaran berdurasi sekitar empat jam ini dibuka dengan Gending Soran, disusul Tari Gambyong Pari Anom yang menyambut Bupati Purbalingga Fahmi Muhammad Hanif dan Wakil Bupati Dimas Prasetyahani.
Pada inti acara, Dalang Ki Tuwuh Permana Jati menampilkan wayang kulit semi sandosa, diawali prolog karawitan dengan iringan gamelan yang turut dimainkan Bupati dan Wabup.
Tak hanya wayang, penampilan Budalan Kuda Kepang, Monolog/Wedar Sujarah oleh budayawan Agus Sukoco, dan lagu Wis Wayahe oleh Mas Sigit Blewuk membuat penonton bertahan hingga akhir.
Bupati Fahmi menegaskan konsep Pendopo untuk Rakyat benar-benar diwujudkan lewat kegiatan ini.
“Saya ingin sekali pendopo ini hangat, banyak dinikmati masyarakat untuk berbagai sektor yang ada,” ucapnya.
Ia menambahkan, tema “Tangine Seni Budaya” menunjukkan komitmen Pemkab Purbalingga menjaga kelestarian budaya dan filosofi lokal.
“Pemerintah Kabupaten Purbalingga berkomitmen membangun Purbalingga yang menyentuh berbagai sektor termasuk pembangunan di bidang budaya,” ujarnya.
Ide Tangine berawal saat Bupati Fahmi merapikan aset Pendopo Dipokusumo dan menemukan gamelan perunggu bernilai tinggi. Dari situlah muncul masukan dari pegiat seni untuk membersihkan gamelan dan menghidupkan kembali aktivitas budaya di pendopo.
“Jadi ini acara perdana yang luar biasa. Maka insyaallah, bapak/ibu akan kita laksanakan setiap 35 hari sekali di Pendopo Dipokusumo ini,” tegas Bupati.
Ke depan, Tangine Seni Budaya akan digelar rutin setiap 35 hari, bertepatan dengan weton Bupati Fahmi.
Setiap edisi menghadirkan sanggar berbeda dan ragam pertunjukan yang variatif. Pemkab pun membuka ruang kolaborasi bagi seniman dan budayawan lokal untuk menampilkan karya terbaik.