SERAYUNEWS – Petani Purbalingga, mengairi sawah dengan pompa berbahan bakar gas melon. Pengalihan fungsi gas LPG 3 kg atau gas melon ini dilakukan, karena lebih ekonomis.
“Ada bahan baku gas dan ada yang listrik. Karena kalau pakai BBM, relatif mahal,” kata Hafidah, Kabid Sarana dan Prasarana di Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga, Senin (19/06/2023).
Dia menjelaskan, pompa air dengan kapasitas enam inci dalam sehari semalam bisa menghabiskan 30 liter bensin. Jumlah itu, memakan biaya sekitar Rp 200 ribu. Kalau menggunakan gas melon, dalam semalam hanya membutuhkan dua tabung, dengan nilai sekitar Rp 40 ribu. “Jadi jauh lebih hemat,” ujarnya.
Hafidah menambahkan, untuk Pemdes Toyareka, tidak hanya mengandalkan gas melon. Sebab Pemdes setempat, telah memfasilitasi dengan memasang instalasi di daerah persawahan.
“Pemdes Toyareka, sudah membantu pemasangan listrik untuk pompa air, menyedot Sungai Gringsing,” kata dia.
Sebelumnya, debit air di sejumlah sungai di Kabupaten Purbalingga mulai menurun. Kondisi itu, berdampak pada kelangkaan air area persawahan. Para petani mulai menggunakan bantuan pompa air, demi bisa mengairi sawahnya.
“Pantauan kami, debit air sungai yang menjadi sumber irigasi pertanian di Purbalingga, debitnya sudah mulai berkurang,” katanya, Jumat (16/06/2023).
Dinas Pertanian, juga menyiapkan pinjaman pompa. Bahkan, ada juga bantuan bahan bakar khusus untuk daerah yang darurat membutuhkan.
“Kalau pompa air rata-rata kelompok tani sudah memiliki, tahun 2022 sudah didistribusikan bantuan sebanyak 600 unit. Tapi dinas juga menyediakan untuk peminjaman. Kalau alokasi bantuan bahan bakar, dinas hanya menyediakan untuk 140 hektar lahan sawah,” kata dia.