SERAYUNEWS – Rombongan duta besar negara Seychelles, Afrika bagian Timur untuk kedua kalinya mengunjungi Kabupaten Banyumas, Jumat (09/08/2024) malam lalu.
Kedatangan mereka bertujuan untuk belajar soal pengelolaan sampah. Mereka ingin mengaplikasikan sistem pengelolaan sampah, di negara mereka.
“Ini kunjungan kedua, tahun 2022 lalu saya kami dapat undangan dari Pak Husein yang waktu itu masih menjabat bupati. Salah satu yang kita kunjungi itu pengolahan limbah berbasis komunitas, terlepas dari pengolahan limbah juga banyak objek wisata yang menarik. Saya sempat ke Menara Teratai, kuliner sampai masyarakat semuanya bersahabat dan semuanya bersih,” kata Nico Barito, utusan khusus Presiden Seychelles untuk Asean.
Nico menambahkan, dalam kunjungannya mantan Bupati Banyumas, Achmad Husein memperlihatkan pengolahan sampah berbasis komunitas. Kemudian dari perkenalan tersebut, Ia lakukan pemaparan ke negaranya.
“Pengalaman di Banyumas saya perlihatkan ke menteri saya dan membawanya datang juga ke sini. Wilayahnya sama (Banyumas dan Seychelles, red), tetapi di Banyumas ini sudah berhasil mengolah limbah berbasis komunitas. Jadi kita menghindarkan yang namanya landfill, menghindarkan TPA. Kalau komunitas bisa mengolah sampah dengan baik, kenapa harus TPA,” kata dia.
Saat Ia berkunjung ke Filipina, dia juga sempat menjelaskan soal pengolahan sampah di Banyumas. Orang dari Filipina pun tertarik untuk berkunjung ke Banyumas. Rombongan dari Negara Seychelles, datang bersama rombongan Provinsi Qurino Filipina.
Gubernur Provinsi Qurino Filipina, Dax Cua yang juga Nasional Presiden Union of Local Authorities of Phillipens (ULAP) merasa sangat senang bisa ke Banyumas. Apalagi dengan penyambutan yang luar biasa sejak turun di Stasiun Purwokerto.
“Filipina dan Indonesia itu tetangga dekat. Ketika Presiden Marcos (Presiden Filipina, red) dilantik konsep beliau adalah unity mempersatukan dan membangun bersama untuk masyarakat,” kata dia.
Dengan mengusung konsep presiden, Ia kemudian berusaha menjalin hubungan dengan sejumlah pihak termasuk negara lain. Selain menjaga hubungan baik dengan Indonesia, kedatangannya ke Banyumas karena penasaran dengan pengolahan sampahnya.
“Baru-baru ini hujan lebat di Metro, Manila banjir. Persoalannya bukan hanya perubahan iklim, tapi juga karena sampah yang menyumbat. Masyarakat Filipina sangat membina hubungan rukun tetangga yang baik. Kalau ada kekurangan sesuatu di satu rumah, kita biasa ke tetangga untuk meminta tolong. Kalau kita ada masalah di bidang sampah, kita sangat berbahagia Banyumas menjadi tetangga kita untuk membantu,” ujarnya.
Konsultan Pengolahan Sampah, Achmad Husein yang juga mantan Bupati Banyumas menyampaikan, ketertarikan mereka karena melihat pengolahan sampah berbasis komunitas dan teknologi pengolahannya.
“Mereka meminta teknologi yang sekarang kita punya. Teknologi sekarang yang kita punya itu teknologi termal dan mekanikal,” kata dia.
Teknologi termal yakni untuk mengeringkan sampah basah dalam waktu sekejap, sehingga berat dari sampah itu bisa turun lebih dari 50 persen.
“Setelah kering lebih mudah pemrosesannya dengan mesin, hasilnya bisa untuk tenaga listrik,” ujarnya.