Purwokerto, serayunews.com
Salah satu karya yang menarik perhatian adalah robot pembersih lantai dari bahan sederhana. Bahkan memanfaatkan toples bekas sebagai penampung kotoran yang disedot.
Salah satu siswa yang membuat robot pembersih lantai, Sely mengatakan, robot tidak menggunakan remot, tetapi ultrasonic sensor sebagai pengatur geraknya. Rangkaian robot juga sederhana, hanya terdiri dari baterai sebagai kekuatannya dan baling-baling untuk menyedot kotoran.
“Untuk kekuatan menyedot kotoran tergantung dari baling-balingnya, jika ingin lebih kuat maka menggunakan baling-baling yang lebih besar. Kita juga menggunakan ultrasonic sensor, sehingga robot bisa berjalan maju-mundur,” jelas Sely.
Baca juga: [insert page=’1000-paket-sembako-dibagikan-puhua-bekerjasama-dengan-polresta-dan-kodim-0701-banyumas’ display=’link’ inline]
Lain lagi hasil percobaan Audry dan Lionel. Siswa kelas 10 ini membuat sabun mandi dari bahan dasar minyak jelantah. Bahannya sangat simple hanya minyak jelantah, air mineral murni, pengharum pakaian serta pewarna makanan. Lionel menjelaskan, pertama minyak jelantah diberi arang yang sudah melalui pembakaran Hal ini berguna untuk membersihkan minyak dari kotoran yang ada di dalamnya.
Setelah itu campur bahan-bahan dan tambahkan pengharum serta pewarna makanan. Setelah tercampur, kemudian cetak dalam wadah dan mendiamkannya selama kurang lebih 2 pekan dan sabun sudah bisa digunakan.
“Kita melakukan percobaan sampai 3 kali untuk mendapatkan hasil yang bagus, kepadatan sabun yang pas. Ternyata kuncinya pada air mineral, airnya harus benar-benar air murni,” jelas Audry.
Selain kedua hasil karya tersebut, siswa Puhua juga ada yang menyuguhkan hasil percobaan Rain detector yang dapat mengeluarkan sinyal ketika hujan akan datang. Ada juga watering using solar power yang bermanfaat untuk pengairan kebun melalui pompa air yang digerakkan oleh energi panas matahari menjadi energi listrik. Tak kalah keren ada uji coba pada katak yang menunjukan adanya Electrical Stimulation of a frog untuk mengetahui apakah sel tubuh masih dapat melakukan respons setelah katak mati. Kemudian ada juga siswa yang menciptakan wewangian dan sabun yang menghasilkan Essential Oil Extraction berbahan dasar bunga mawar.
Semua penelitian tersebut siswa siapkan dalam waktu sekitar 45 hari di bawah bimbingan guru science Budi Lindrawati dan Anggih Saraswati.
“Practice Makes Perfect” menjadi kunci tema Science Fair tahun ke-2 di Puhua School ini,” kata Kepala Sekolah SMA Puhua, David Ludiranto.
Menurutnya, melalui sains sekolah memantik siswa berani mencoba, berpikir lebih dalam, ilmiah. Selain itu membangun nalar logis dan sistematis karena siswa harus memulai setiap proyek dari nol sejak mempersiapkan bahan, alat, manfaat bagi kehidupan, bahkan dampak, uji coba berulang, hingga berhasil.