SERAYUNEWS – Saat ini, Geopark Kebumen tengah bersiap untuk menyambut kedatangan tim asesor dari UNESCO Global Geopark. Tim asesor yang akan datang ke Kebumen berasal dari Jerman dan China.
Tujuannya adalah untuk melakukan serangkaian asesmen dan validasi pada situs warisan geologi, keanekaragaman hayati, dan warisan budaya di Kebumen yang mencakup 22 kecamatan.
Selain itu, kunjungan ini sekaligus menjadi penentu apakah Geopark Kebumen layak untuk lolos seleksi UNESCO Global Geopark (UGGp).
Lantas, bagaimanakah sejarah awal mula adanya Geopark Kebumen yang akan menjadi UGGp ke-11 di Indonesia ini? Simak ulasan selengkapnya dari serayunews.com.
Melansir dari laman geoparkkebumen.id, nama Kebumen berasal dari Kabumian. Artinya yaitu daerah tempat tinggal Kyai Bumi atau Pangeran Bumidirdjo.
Kabumian atau biasa disebut ilmu kebumian diharapkan dapat menjadi sumber cahaya ilmu pengetahuan tentang kebumian yang ikhlas menghadirkan keanekaragaman Geologi, Hayati, dan Budaya kepada manusia, ibarat kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya.
Selanjutnya, sejarah Geopark Kebumen dapat ditelusuri kembali ke pada tahun 2004 saat Presiden Republik Indonesia kala itu, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan Kawasan Lanskap Karst Gombong Selatan (KBAK) sebagai kawasan pembangunan berkelanjutan.
Pada tahun 2006, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan kawasan Karangsambung sebagai Kawasan Cagar Alam Geologi.
Beralih pada tahun 2018, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kebumen mengusulkan pembentukan Geopark Karangsambung – Karangbolong yang kemudian ditetapkan menjadi Geopark Nasional pada tanggal 30 November 2018.
Saat itu, Geopark Karangsambung – Karangbolong memiliki luas 543.599 Km2 yang meliputi 12 Kecamatan dengan 117 Desa. Kawasan ini meliputi wilayah Utara, Tengah, dan Karst di Selatan dengan morfologi yang bervariasi mulai dari perbukitan, lembah, dataran hingga pantai.
Pada tahun 2023, Pemerintah Kabupaten Kebumen melalui Perbup No. 25 Tahun 2023 berubah nama menjadi Geopark Kebumen. Perubahan ini bertepatan dengan perluasan kawasan geopark dengan luas daratan 1.138,70 kilometer persegi dan luas laut 21,98 kilometer persegi. Di dalam geopark tersebut terdapat 22 kecamatan dengan 374 desa.
Tak hanya Geopark Kebumen saja yang akan Asesor kunjungi, tetapi tiga geopark lainnya di Indonesia juga telah diajukan kepada pihak UNESCO.
Dua merupakan new comer, yaitu Geopark Kebumen dan Geopark Meratus. Dua lainnya revalidasi status yakni Geopark Belitung dan Geopark Batur.
Untuk Geopark Kebumen, rencananya antara tanggal 20–30 Juli 2024. Penilaian secara umum oleh asesor adalah tata kelola, warisan geologi, visibilitas/akses informasi, dan kerjasama/networking.
General Manager Badan Pengelola (BP) Geopark Kebumen, Sigit Tri Prabowo mengaku optimis nantinya Geopark Kebumen naik kelas menjadi UGGp.
Hal tersebut karena dukungan dari Pemkab Kebumen juga respons teman-teman lokal di geo site. Hal ini sekaligus menjawab rekomendasi atau pekerjaan rumah saat pra asesmen lalu.***