SERAYUNEWS– Bulan Agustus selalu jadi bulan yang meriah di Indonesia karena seluruh warga di berbagai penjuru Indonesia sangat antusias untuk menyambut hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia.
Bukan hanya menghias dan mendekorasi kampung dan tempat tinggal, tetapi juga meriah dengan aneka lomba. Beragam lomba, seperti makan kerupuk hingga panjat pinang kerap mewarnai perayaan kemerdekaan di permukiman setempat.
Lomba-Lomba tersebut kerap menjadi hiburan warga setempat dalam suasana perayaan kemerdekaan. Panitia lomba pun kerap menyediakan berbagai hadiah menarik seperti TV, peralatan dapur, hingga sepeda.
Menurut sejarawan dan budayawan, JJ Rizal, mengatakan bahwa lomba 17 Agustus mulai muncul pada tahun 1950-an atau pada saat HUT ke-5 RI.
Pada saat itu, masyarakat sangat berantusias untuk memeriahkan kemerdekaan Indonesia dengan cara yang menyenangkan. Hingga sampai saat ini, lomba 17 Agustus menjadi sebuah tradisi rutin pada saat acara HUT RI.
Sebelumnya, tidak ada perlombaan. Perayaan kemerdekaan biasanya hanya diisi pidato dari Presiden Sukarno, karena waktu itu masa revolusi.
“Masyarakat yang memunculkan lomba itu sejak perayaan HUT Kemerdekaan RI yang kelima, sebelumnya sama sekali tidak ada lomba,” kata JJ Rizal (15/8/2023).
Lomba-lomba tersebut kerap menjadi hiburan warga setempat dalam suasana perayaan kemerdekaan. Panitia lomba pun kerap menyediakan berbagai hadiah menarik seperti TV, peralatan dapur, hingga sepeda .
Salah satu lomba yang sering orang tunggu adalah panjat pinang. Orang-Orang memanjat batang pohon pinang yang berlumuran oli atau sejenisnya agar licin dengan rata-rata memiliki tinggi 6 sampai 8 meter.
Saking tingginya, sekelompok orang yang ikut dalam permainan ini akhirnya harus bersatu untuk bisa menggapai hadiah di ujung pohon.
Di balik kemeriahan suasana panjat pinang, tersimpan kisah suram tentang asal usul permainan rakyat ini.
Ternyata, panjat pinang sebelum Indonesia merdeka telah berlangsung, tapi beda tanggal. Pemerintah Belanda menggelarnya setiap tanggal 31 Agustus untuk memperingati ulang tahun Ratu Wilhemina.
Di sinilah penjajah melecehkan pribumi. Orang-Orang pribumi yang bersusah payah jatuh bangun memanjat tiang licin ini menjadi hiburan tersendiri bagi orang Belanda. Mereka memandang pribumi begitu lucu karena mau berebut untuk sesuatu yang bagi mereka tak berharga.
Beberapa pemerhati sejarah telah mengusulkan permainan ini terhapus dari perayaan hari kemerdekaan. Mereka menganggap permainan tersebut merupakan peninggalan Belanda yang melecehkan pribumi sehingga tidak pantas dilestarikan.
Salah satunya oleh sejarawan yang juga pendiri Komunitas Historia Asep Kambali, mengusulkan perlombaan seperti panjat pinang hilang dari perlombaan Agustusan.
Asep Kambali, melalui artikel berjudul “Kenapa Harus Panjat Pinang?” pada 16 Mei 2015, mengusulkan panjat pinang tak lagi masuk dalam daftar perlombaan 17 Agustusan karena telah merendahkan martabat bangsa.
Bahkan Walikota Langsa, Acer saat itu, Usman Abdullah, pernah membuat larangan acara lomba panjat pinang saat peringatan HUT ke-74 RI pada tahun 2019. Usman mengatakan, lomba tersebut warisan penjajah yang tak ada nilai edukasinya.
Namun, hal itu tak mudah karena panjat pinang telah mengakar dalam budaya Indonesia. Banyak orang yang mengatakan agar jangan terlalu mempermasalahkan latar belakang sejarah. Ambil saja nilai positifnya.***(Kalingga Zaman)