SERAYUNEWS— Bulan Maret lalu, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan geram karena Indonesia kalah dari Singapura yang menggelar konser Taylor Swift. Luhut pun mencari orang yang bisa membawa Taylor Swift konser di RI. Lantas, Luhut menghitung berapa pundi-pundi uang Singapura terisi karena konser Swift.
Tak hanya Luhut, hampir semua kepala negara meminta Swift konser di negaranya. Ini yang disebut Swiftonomics, istilah untuk menjelaskan efek Swift yang luar biasa ke sektor ekonomi.
Tidak bisa dipungkiri bahwa Taylor Mania untuk menyebut fan Taylor Swift telah menjadi fenomena dunia selama setahun belakangan. Pada 2023, majalah Times menobatkan Swift sebagai Person of the Year atau tokoh paling berpengaruh.
Penyanyi bernama asli Taylor Alison Swift ini menjelma menjadi seniman berpenghasilan tertinggi dan yang paling dirayakan sepanjang masa. Dengan pendapatan US$ 1,1 miliar atau sekitar Rp17,5 triliun (kurs Rp 15.910).
Ia bergabung dengan Elon Musk sebagai salah satu orang terkaya di dunia, menurut daftar miliarder dunia Forbes 2024.
Mengutip dari BBC News, Kamis (4/04/2024), Taylor Swift mencuri perhatian di Grammy Awards pada tahun ini dan menjadi penyanyi pertama yang memenangkan penghargaan album terbaik sebanyak empat kali. Albumnya 1989 (Taylor’s Version) juga jadi vinyl terlaris pada tahun lalu.
Perempuan kelahiran Reading, Pennsylvania, itu kini lebih vokal dalam menyuarakan opini dan pandangan politiknya. Taylor tidak lagi hanya melagukan tentang cinta saja, tetapi juga membahas hak-hak politik anak muda, hingga demokrasi.
Sejak album Lover, banyak pakar musik menilai Taylor lebih menunjukkan sisi humanis dan kemanusiaannya.
Lewat lagunya berjudul “Only The Young”, ia menyatakan yang dapat menyelamatkan Amerika dari pejabat yang korup adalah anak muda. Lagu ini juga membawa pesan kepada anak muda Amerika untuk memilih pejabat yang tidak korup.
Dalam lagu “The Man”, ia mengkritisi unsur patriarki dalam industri musik. Akhirnya, nilai-nilai tersebut diaplikasikan dalam masyarakat luas dan sekarang banyak sekali orang yang lebih peduli tentang kondisi kesetaraan gender.
Taylor terus menyuarakan pendapatnya tentang isu-isu seperti hak asasi manusia, kesetaraan gender, reformasi peradilan pidana, dan perubahan iklim. Tak heran, jagat dunia hiburan heboh dengan mata kuliah Taylor Swift di New York University.
Bahkan, di universitas lain di seluruh dunia juga punya kursus mereka sendiri, termasuk Psikologi Taylor Swift, Buku Nyanyian Taylor Swift, dan Sastra Versi Taylor Swift
Taylor tak lagi berbicara soal jatuh cinta, tetapi mengajak semua untuk saling mencintai.
Seperti ia pernah katakan, We should love, not fall in love, because everything that falls, gets broken. Kita harus mencintai, bukan jatuh cinta, karena segala sesuatu yang jatuh, akan hancur.*** (O Gozali)