Purwokerto, Serayunews.com- Perjuangan masyarakat internasional termasuk Indonesia dalam menanggulangi pandemi Covid-19 tidak hanya bertumpu pada tenaga kesehatan. Tetapi juga pada komitmen semua komponen masyarakat untuk berperan menghentikan penularan virus.
Di antaranya dengan bertahan di rumah masing-masing selama masa pandemi. Kondisi ini, dapat dijalankan oleh sebagian besar masyarakat pada sektor-sektor umum. Akan tetapi berbeda dengan para pelaku di sektor pertanian.
Kebutuhan pangan tak bisa berhenti oleh pandemi. Justru ketersediaan pangan yang memadai diperlukan untuk menjaga kondisi tenaga kesehatan yang berjuang di garda depan, maupun masyarakat yang perlu membangun daya tahan tubuh agar tetap sehat dan prima.
Para petani tetap harus bekerja di sawah dan lahan-lahan pertanian demi menyediakan pangan bagi masyarakat.
Ahli Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi Fakultas Pertanian Unsoed, Dyah Susanti nengatakan bertolak dari kondisi tersebut, Fakultas Pertanian (Faperta) Unsoed berkomitmen memberikan dukungan bagi berbagai pihak dalam meningkatkan produksi pangan, guna mendukung ketahanan pangan di masa pandemi.
Para petani di Desa Wlahar Wetan, Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas menurut Dyah hampir setiap tahun mengalami keterbatasan ketersediaan air untuk produksi pertanian. Sehingga perlu teknologi yang dapat mengatasi permasalahan tersebut.
Dyah yang juga ahli Pertanian Terintegrasi menambahkan Desa Wlahar Wetan yang merupakan desa binaan Faperta Unsoed ini telah mengaplikasikan teknologi-teknologi yang dihasilkan oleh peneliti Faperta Unsoed untuk mengatasi berbagai kendala di bidang pertanian, termasuk keterbatasan air.
Teknologi yang telah diaplikasikan di antaranya penggunaan varietas padi Inpago Unsoed 1 yang tahan kekeringan, berdaya hasil tinggi, nasinya pulen dan wangi. Petani yang semula tidak bisa panen pada musim tanam kedua, sudah dapat menikmati hasil panennya.
Teknologi pompa air bertenaga surya juga telah diaplikasikan pada tahun 2019 untuk menaikkan air dari sungai Serayu, selanjutnya mengalirkan air tersebut ke lahan-lahan petani.
“Tahun ini di tengah pandemi, Faperta Unsoed mengenalkan Teknologi Superbodi untuk mendukung ketahanan pangan pada masa pandemi. Teknologi ini menjawab kekhawatiran para petani yang terlambat panen padi yang ditanam pada musim tanam pertama,” kata dia.
Ia mengatakan, para petani mengeluh adanya ketakutan tidak akan bisa panen pada musim tanam kedua jika menanam padi lagi. Karena diprediksi akan kekurangan air pada pertengahan fase pertumbuhan tanaman.
“Beberapa petani melaporkan selama ini peluang panen pada musim tanam kedua hanya sekitar 50 persen pada lahan-lahan yang terlambat memanen padi yang ditanam pada musim tanam sebelumnya,” ujarnya.
Teknologi tersebut dikenalkan langsung tim Faperta Unsoed dengan prkatik langsung di lahan demplot petani Wlahar Wetan. Dalam praktiknya tetap mengacu himbauan pemerintah dengan penggunaan masker dan physical distancing.
Superbodi sendiri kata Dyah merupakan merupakan akronim dari memasukkan benih di pertengahan bonggol/bedogol padi. Penanaman benih kedelai, kacang hijau, ataupun biji palawija lain dengan teknik ini akan mendukung pertumbuhan tanaman karena terjaganya perakaran tanaman yang biasanya terganggu oleh merekahnya tanah akibat kekuarangan air pada musim tanam kedua.
Menurutnya, seresah bonggol (sisa pangkal batang dan perakaran padi dari tanaman padi pada musim tanam sebelumnya, red) padi dapat mempertahankan kelembaban tanah di bagian perakaran kedelai dan menjadi cadangan bahan organik. Sehingga pertumbuhannya menjadi tetap optimal (tetap tumbuh dengan baik, tidak mengalami dampak kekurangan air pada musim kemarau).
“Biasanya petani menanam kedelai di sela-sela bonggol tanaman padi musim tanam sebelumnya. Sehingga tanaman mengalami kekeringan dan tidak dapat bertahan hingga panen,” katanya.
Teknologi ini kata dia, digali dari kearifan lokal petani di beberapa daerah, yang disempurnakan dengan pengaturan jarak tanam sejak pertanaman padi sebelumnya. Penggunaan varietas unggul, varietas yang memiliki keunggulan tertentu menyesuaikan kondisi lahan, kebutuhan dan preferensi masyarakat setempat serta penggunaan biofertilizer.
“Penggunaan pupuk atau bahan pembenah tanah yang diperkaya mikroorganisme efektif. Keberadaan dan aktivitas mikroorganisme ini akan meningkatkan kesuburan dan kualitas tanah bagi pertumbuhan tanaman,” katanya.
Dyah berharap pendampingan teknologi dari Faperta Unsoed kepada para petani di Desa Wlahar Wetan di masa pandemi ini mampu membangkitkan semangat petani untuk tetap menjaga kesehatan selama menjalankan perannya sebagai penopang ketersediaan pangan.
“Sekaligus sebagai bentuk sumbangsih Faperta Unsoed dalam mendukung ketahanan pangan nasional di masa pandemi,” ujar dia.