SERAYUNEWS – Konser Smalazone yang digelar di SMA Negeri 5 Purwokerto pada Sabtu, 6 September 2025 dengan bintang tamu utama Rizwan Fadhilah seharusnya menjadi ajang hiburan bagi siswa.
Namun, di balik suksesnya acara tersebut, muncul kabar mengejutkan. Ketua OSIS SMAN 5 Purwokerto, berinisial PKMP, diduga terlibat dalam kasus penggelapan dana yang cukup besar nilainya.
Kabar dugaan penggelapan dana ini langsung menyebar cepat di media sosial. Salah satu unggahan yang ramai diperbincangkan datang dari akun TikTok @iunkpren, yang menampilkan foto Ketua OSIS dengan caption sindiran terkait kasus tersebut.
Video itu sudah ditonton lebih dari 271 ribu kali dan mendapat 15 ribu like. Tak sedikit netizen yang meluapkan kekesalannya melalui kolom komentar.
Ada yang menilai kasus ini sebagai “benih-benih koruptor,” sementara yang lain menyesalkan bahwa perbuatan semacam itu bisa mencoreng citra generasi muda, khususnya siswa SMA.
“benih – benih koruptor” ujar @userrrerorrr404, dan “merusak citra gen z anti korupsi” ujar @_rrr***30.
Beberapa komentar menyebut bahwa kasus ini menjadi cermin bahwa praktik tidak jujur bisa muncul sejak usia sekolah.
Bahkan ada yang menyindir bahwa tindakan semacam ini berpotensi melahirkan generasi yang terbiasa dengan perilaku korupsi.
Kasus ini bermula dari pengelolaan dana konser yang semestinya digunakan untuk membayar keperluan acara, mulai dari sewa panggung, konsumsi, hingga honor artis.
Menurut keterangan, bendahara OSIS sudah mentransfer dana sebesar kurang lebih Rp50 juta ke rekening Ketua OSIS, Prajna, agar semua biaya administrasi dapat segera dilunasi.
Awalnya, tidak ada kecurigaan. Bendahara OSIS percaya penuh bahwa dana tersebut akan digunakan sebagaimana mestinya.
Namun, tiga hari setelah transfer, pihak penyewaan panggung menagih pembayaran yang ternyata belum diselesaikan. Hal ini membuat bendahara terkejut, lalu langsung mengonfirmasi kepada Ketua Osis.
Pada saat ditanya, PKMP sempat membantah menerima dana tersebut. Akan tetapi, setelah ditelusuri lebih lanjut, ditemukan bukti mutasi transfer ke rekening pribadinya. Dari jumlah sekitar Rp50 juta yang diterima, hanya tersisa sekitar Rp10 juta.
Dalam klarifikasinya, ia sempat menyeret nama mantan Ketua OSIS SMAN 5 Purwokerto. Ia mengaku mendapat arahan bahwa pembayaran sebaiknya dilakukan secara tunai.
Namun, mantan Ketua OSIS menolak dikaitkan dalam kasus ini karena merasa sudah tidak menjabat lagi setelah lulus.
Ia bahkan memilih melaporkan dugaan penyalahgunaan dana tersebut ke pihak kepolisian agar bisa ditangani secara hukum.
Dengan laporan itu, kasus ini pun semakin serius. Meski belum ada pernyataan resmi dari pihak sekolah, publik mulai menyoroti bagaimana pengawasan terhadap keuangan organisasi siswa bisa kecolongan hingga nominal yang cukup besar.
Hingga kini, kasus dugaan penggelapan dana di SMAN 5 Purwokerto masih terus bergulir. Polisi dikabarkan sedang mengumpulkan bukti dan keterangan dari pihak-pihak terkait.
Publik, khususnya warganet, berharap agar kasus ini dapat diusut tuntas dan menjadi pelajaran penting bagi siswa maupun pihak sekolah untuk lebih ketat dalam mengelola keuangan organisasi.
Meski berawal dari sebuah konser sekolah yang penuh semangat, kasus ini justru membuka mata banyak orang bahwa kepercayaan dan transparansi adalah hal yang sangat penting, bahkan dalam lingkup kecil seperti OSIS.