SERAYUNEWS – Beredar video di media sosial terkait adanya keributan pedagang dengan menggeruduk Kantor UPTD Pasar Wilayah 1 Purwokerto di Pasar Wage. Pihak UPTD mengungkapkan bahwa hal tersebut sebagai bentuk protes yang meminta agar lorong di dalam Pasar Wage steril dari pedagang.
Kepala TU UPTD Pasar Wilayah 1 Purwokerto, Susi Ernawati memebenarkan adanya pedagang protes ke pihaknya. Namun, dia menyangkal jika hal tersebut merupakan aksi demonstrasi.
“Pedagang bukan demo, melainkan mengungkapkan uneg-uneg yakni kepingin semuanya menyeluruh yang di bawah masjid ditata seperti yang sudah masuk (ke dalam pasar, red),” ujar dia, Selasa (20/5/2025).
Susi menjelaskan persoalan tersebut bermula dari proses penataan pedagang Pasar Wage. Pada tanggal 10 Mei 2025 pihak UPTD dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Kabupaten Banyumas menggelar rapat koordinasi (Rakor) bersama para pedagang dan petugas parkir terkait sterilisasi lorong Pasar Wage dari pedagang.
“Rencana penataan pedagang Pasar Wage khususnya di lorong bawah dari awal sudah ada sosialisasi. Pada tanggal 10 Mei dipimpin oleh Kabid Pasar, Bapak Gesang dihadiri juga Kepala UPTD, Arief mengundang perwakilan paguyuban, pengelola lahan pakir. Hasil dari rapat tersebut, mereka intinya sanggup untuk bekerjasama menata pedagang Pasar Wage di lorong untuk masuk ke dalam blok B lantai 1 yang sudah ditentukan untuk berjualan,” kata dia.
Secara regulasi, lorong di Pasar Wage harus steril dari pedagang, karena diperuntukkan bagi parkir kendaraan. Paguyuban pedagang juga memang meminta untuk melakukan penataan tersebut. Karena selama ini, para pedagang di dalam blok sepi pembeli, lantaran para pembeli sudah terlebih dahulu melakukan transaksi di trotoar tersebut.
“Mereka saat itu, juga menyampaikan ke Plt Dinperindag, menghendaki ketertiban pedagang I Jalan MT Haryono dan Wihaya, yang mereka itu sama sekali bukan dari pedagang Pasar Wage. Selain itu juga karena dianggap menghalangi lalu lintas,” ujarnya.
Namun, dari peretemuan tersebut, masih menurut Susi, pihak Dinperindag akan menfokuskan penataan pedatang yang berada di trotoar atau di dalam lorong Pasar Wage. “Kemudian pada tanggal 14 Mei pedagang yang di lorong sepakat untuk masuk. Tetapi terjadi kecemburuan, karena pedagang yang lorong sebelah barat sudah masuk, namun pedagang di lorong sebelum timur belum masuk,” katanya.
Pihak UPTD kemudian mencoba meminimalisir peristiwa tersebut, dengan melakukan sejumlah tindakan. Namun, lantaran keterbatasan petugas, mereka kemudian membentuk tim yang akan difokuskan mensterilisasi lorong-lorong Pasar Wage dari para pedagang. “Mereka sudah masuk ke dalam, tetapi, kemarin tanggal (Senin, red), tiba-tiba pedagang berbondong-bondong ke sini,” ujarnya.
Pedagang yang datang merupakan pedagang yang sebelumnya berjualan di lorong dan sudah berpindah ke dalam blok. Mereka merasa berjualan di dalam blok belum mendapatkan penghasilan yang maksimal, karena masih adanya pedagang yang berjualan di lorong.
“Kita akan berupaya melakukan pengawasan lagi, dan membentuk tim, yang berisikan dari UPTD, pedagang dan petugas parkir. Karena untuk menyelesaikan persoalan tersebut, kita harus bisa bergerak bersama-sama,” katanya.
Sementara itu menurut salah satu pedagang di Pasar Wage, Winda mengaku bahwa awalnya dia sudah mau pindah ke dalam blok. Namun, karena masih adanya pedagang yang berjualan di lorong, dia pun Kembali berjualan di lorong pasar. “Baru hari ini saya berjualan lagi di sini (lorong, red). Kalau kemarin sudah di dalam. Pada intinya saya mau pindah asal semuanya ikut pindah. Saya nurut,” ujarnya.