SERAYUNEWS – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas menyiapkan anggaran besar untuk memperbaiki atap Hanggar Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Sumpiuh. Kerusakan atap yang sudah lama dibiarkan itu diperkirakan menelan biaya hingga Rp500 juta.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyumas, Widodo Sugiri, menjelaskan bahwa perbaikan atap hanggar TPST Sumpiuh baru berjalan sebagian. Tahun ini, pihaknya berharap bisa menyelesaikan seluruh perbaikan melalui anggaran perubahan.
“Kemarin baru sebagian yang diperbaiki, semoga di anggaran perubahan ini bisa kita selesaikan secara keseluruhan. Cukup besar, dana kurang lebih Rp500 juta dan efisiensi, sangat mempengaruhi,” katanya, Kamis siang.
Di wilayah timur Banyumas, keberadaan TPST Sumpiuh sangat vital. Tanpa dukungan infrastruktur memadai, termasuk atap hanggar, pengelolaan sampah bisa stagnan bahkan lumpuh.
“Sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat ini sangat penting perannya, TPST ini termasuk yang aktif,” ujar Widodo.
Selain mencegah penumpukan sampah, TPST Sumpiuh juga menjadi pusat ekonomi sirkular. Namun, kerusakan atap menghambat pengembangan program seperti budidaya maggot dan ternak mandiri.
“Kalau pemerintah ingin mengurangi beban TPA, maka kami harus dibantu dari hulu. Mulai dari armada, mesin, dan tentu saja atap hanggar. Itu yang paling mendesak sekarang,” tegasnya.
Ketua TPST Sumpiuh, Aris Widarto (54), mengungkapkan bahwa kerusakan atap sangat mengganggu aktivitas pengolahan sampah. Saat hujan, air masuk dan membuat sampah membusuk lebih cepat, sehingga menimbulkan bau menyengat.
“Kalau hujan, air masuk semua. Sampah jadi lembek dan makin bau,” kata Aris.
TPST yang berada di Jalan Karet, Kelurahan Kradenan, Kecamatan Sumpiuh itu menampung sampah dari tiga kecamatan: Sumpiuh, Tambak, dan Kemranjen. Setiap hari, sampah yang masuk mencapai 30–35 meter kubik, sementara kapasitas pengolahan hanya 25 meter kubik.
“Kadang kalau mesin rusak, ya kita break. Tidak bisa semua diolah. Jadi menumpuk,” ujar Aris, yang juga Koordinator Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Sumpiuh.
Fasilitas di TPST sebenarnya cukup lengkap, mulai dari mesin pencacah plastik, mesin pembuat pelet, kolam lele, hingga kandang maggot. Namun, semua terhambat karena atap hanggar rusak sejak lebih dari setahun terakhir.
“Kalau atap sudah diperbaiki, kami akan mulai lagi. Kalau stok maggot sudah banyak, kita bisa buat pelet. Harapannya dari pelet ini bisa menopang budidaya lele, ayam petelur, dan bebek,” kata Aris.