BerandaEkonomiAwalnya Tak Paham IT, Tapi Pria Purbalingga Ini Sukses Bikin Aplikasi Beceran

Awalnya Tak Paham IT, Tapi Pria Purbalingga Ini Sukses Bikin Aplikasi Beceran

Ikrom dan istri, founder aplikasi Beceran saat di ruang kerjanya, di jalan Kanoman nomor 1 Purbalingga Wetan, Sabtu (29/10/2022) petang. (Amin Wahyudi)

Perkembangan industri digital dan teknologi kian berkembang pesat. Hampir semua lini saat ini ada sentuhan digital yang menjadi peluang. Tak heran jika banyak yang berhasil meniti karier dari bidang tersebut. Satu di antaranya adalah pemuda di Kabupaten Purbalingga.


Purbalingga, serayunews.com

Ikrom Ainun, warga Purbalingga Wetan ini boleh dibilang sukses menekuni usaha di bidang digital. Dia merupakan founder dari aplikasi belanja kebutuhan dapur secara online yang dinamai ‘Beceran’. Aplikasi itu dia ciptakan sekitar tahun 2019, dan penggunanya terus bertambah sampai saat ini.

Hebatnya, Ikrom merintis usaha aplikasi Beceran ini tidak ada latar belakang kemampuan di bidang ilmu teknologi (IT). Pemuda asli Kota Purbalingga ini hanya lulusan SMA saja. Namun nyatanya dia mampu menunjukkan keberhasilannya.

“Aku hanya lulusan SMA mas,” ujarnya, saat ditemui serayunews.com di tempat tinggalnya, Sabtu (29/10/2022) petang.

Di balik ide kreatif pemuda 30 tahun ini, ternyata ada perempuan yang repot. Awal tercetus gagasan untuk membuat aplikasi belanja sayur secara online ini karena Ikrom melihat istri yang kerepotan.

Keluarga muda ini dikaruniai dua anak kembar. Bisa dibayangkan bagaimana keluarga muda harus beradaptasi dengan keadaan baru itu. Namun Ikrom justru melihat peluang dari kondisi repotnya istri.

“Ide awal muncul ini (membuat aplikasi, red) itu karena saya melihat istri yang repot, jadi berpikir kalau saja bisa lebih praktis, belanja sayur bisa secara online, sesederhana itu berpikirnya,” kata suami dari Maryam Seprina.

Teman Tak Percaya

Alumnus SMAN 1 Purbalingga itu ingin segera merealisasikan ide kreatifnya itu. Namun karena dia tidak ada latar belakang kemampuan informasi dan teknologi (IT), dia sampaikan ke beberapa temannya. Tapi mereka seolah tak percaya dengan idenya.

“Saya tidak ada basic IT, jadi saya ceritakan ke temen kan, tapi  kurang respons,” ujarnya.

Tahun 2019 itu, selain mengurus objek wisata Klawing Rafting, dia juga sedang merintis usaha budidaya jamur tiram. Namun, Maret 2020 dia sudah membaca ada berita virus yang menjadi wabah penyakit. Dia lalu pesimistis dengan usaha jamurnya.

“Usaha baru berjalan 6 bulan, terus saya berpikir ini pasti akan terdampak untuk penjualannya. Dari situlah saya memutuskan untuk merealisasikan ide membuat aplikasi,” kata Anggota Wanadri ini.

Dia menjelaskan, bahwa dirinya belajar aplikasi itu secara autodidak. Kekurangan tidak menjadikan gambaran baginya. Memanfaatkan kemajuan teknologi saat ini, dia browsing di internet. Dia benar-benar pelajari, meski menghadapi banyak tantangan.

“Saya belajar sendiri dari internet, terus saya menggunakan sistem CMS yang paling sederhana, terus utak-utik sendiri. Terus mulai survei pasar, observasi. Hingga sampainya dimulai eksekusi,” ujarnya.

Cara Sederhana

Awal memperkenalkan dia juga masih menggunakan cara sederhana. Memanfaatkan fasilitas yang paling ada, yaitu WhatsApp. “Saya broadcast ke seluruh nomor yang ada di kontak WA saya, pokoknya sudahlah saya mau mencoba,” katanya lalu tertawa.

Pemuda yang masih memiliki misi keliling nusantara ini menjelaskan, awal-awal menjalani juga terus bertemu tantangan. Bukan hal mudah menjelaskan sistem kinerja aplikasi Beceran, baik kepada para calon pengguna maupun kepada para supplier sayur mayur yang akan menjadi mitra.

“Ya kan memang terkesan aneh yah, belanja sayur dan kebutuhan dapur secara online. Tapi yowes lah hadapi saja, saat itu semua masih dilakukan sendiri,” ujarnya.

Puncak pandemi di Purbalingga menjadi titik balik perkembangan aplikasi Beceran. Ketika masyarakat dibatasi ruang geraknya, belanja sayur mayur dan bumbu dapur bisa secara online.

“Ya dulu dari puluhan, sekarang yang mendownload sudah hampir lima ribuan, dan yang langganan order sekitar lima ratusan,” ujarnya.

Ada 18 Karyawan

Ikrom sudah tidak sendirian, kini ada 18 orang karyawan yang dipekerjakan dalam mengelola bisnis aplikasi Beceran. Ada 15 supplier yang sekarang menjadi mitra Beceran yang semuanya merupakan pedagang kebutuhan pokok dapur yang bermarkas di Pasar Segamas. Kebutuhan pokok yang dijual seperti sayur mayur, lauk-pauk, bumbu dapur, dan jajan pasar juga ada.

Karena aplikasinya masih dalam bentuk CMS atau masih numpang, Ikrom bertekad untuk mengembangkan aplikasi beceran ini lepas dari CMS. Target Februari 2023 bisa launching Beceran dengan versi baru, yang nantinya bisa berkolaborasi dengan para UMKM Purbalingga untuk memajang produknya di sana.

“Untuk mengembangkan Beceran sebagai toko online yang mandiri kami memperkerjakan 5 orang progremer IT. Kemudian juga ada 11 orang tim operasional dan tim marketing serta 4 orang driver yang setiap saat melayani costumer,” ujarnya.

Editor :kholil

Terkait