SERAYUNEWS-Sedang ramai jadi perbincangkan soal wisata halal, setelah Cawapres Paslon, 01 Muhaimin Iskandar, menyatakan akan mengembangkan wisata halal dan menghapus wisata haram.
Tidak sampai satu hari, Cak Imin langsung mengoreksi pernyataanya. Intinya, Cak Imin tak bermaksud meniadakan yang ada.
Lepas dari itu, apa sebenarnya wisata halal itu ?
Wisata halal secara umum adalah pariwisata yang ramah terhadap masyarakat muslim. Wisata halal pada intinya memenuhi kebutuhan traveler muslim, khususnya terhadap kebutuhan ibadah dan makanan halal.
Korea Selatan misalnya, saat ini sedang jadi magnet dunia baik teknologi maupun budayanya. Kaum Muslim pun ikut tersihir ke sana.
Pemerintah Korea Selatan sedang berupaya mengembangkan wisata halal. Salah satu hasilnya, saat ini sudah ada lokasi tujuan wisata yang ramah budaya halal, yaitu di Pulau Nami.
Di Pulau Nami telah tersedia musala untuk turis Muslim. Sedangkan di Seoul, restoran halal ada di kawasan Itaewon.
Hal sebaliknya terjadi di Uni Emirat Arab (UEA). Negara representasi negeri Islam ini mulai berubah sejak membuka pintu liberalisasi. Bukannya menonjolkan wisata religi, wisata haram justru difasilitasi.
Dubai telah melonggarkan syariat Islam. Dubai mendapat julukan sebagai Las Vegas di Timur Tengah. Prostitusi dan perdagangan seks ada di sana. Mereka bahkan menyelundupkan narkotika tanpa khawatir ditangkap.
Menurut laporan dari Middle East Monitor, sekitar 8.000 turis Israel liburan ke Dubai untuk merayakan Tahun Baru. Mereka tak sekadar merayakan tahun baru, di dalam pesta tersebut ada pula narkoba dan juga wisata seks.
Wisata haram memang punya magnet tersendiri.
Di AS kita mengenal Las Vegas sebagai kota pesta hura-hura yang “penuh dosa”, maka di Amsterdam, Belanda, nuansa yang kurang lebih sama bisa Anda jumpai di Red Light District atau biasa juga disebut kawasan De Wallen.
Kawasan ini, berada di bawah regulasi pemerintah Amsterdam. Pekerja seks membayar pajak, privasi pun jadi terjaga.
Di kawasan ini pengunjung bisa menikmati hiburan mulai dari jasa berhubungan intim sampai pertunjukan seks live.
Menariknya, mereka melalukan pembagian blok mengikuti preferensi seksual masing-masing klien. Jadi, kita bisa menjumpai blok Belanda, Asia, sampai Afrika.
Seperti di kawasan lain di Belanda, ganja tersedia bebas di coffee shop, dan dinikmati sebagai rekreasi di rumah atau berbagai tempat.
Bagaimana dengan Indonesia? Apa wisata halal masih menjadi daya tarik utama?