Purbalingga, serayunews.com
Jamasan Ageng merupakan hajat rutin museum. Koleksi pusaka, baik keris, pedang, dan tombak dibersihkan untuk menjaganya dari kerusakan.
“Kali ini ada 75 benda pusaka yang dijamas. Itu ada beberapa koleksi pribadi yang nitip dijamas,” kata Ketua Tim Penjamas, Wasirin.
Sebelum sampai tahap pembersihan, sebelumnya telah ada berbagai tahapan. Tim ahli menjalankan ritual sejak sepekan sebelumnya. Sehari sebelumnya, juga ada selamatan.
“Jamasan Ageng ini rutin setiap tahun, pelaksanaan setiap Bulan Suro,” katanya.
Tidak ada unsur mistis pada pembersihan ini. Jamasan bertujuan menjaga kelestarian peninggalan budaya, sehingga tetap terawat dan terjaga keasliannya.
“Ini kan berbahan besi, tentunya banyak debu, kotoran lain yang bisa merupakan motif yang ada pada keris. Jadi perlu pembersihan,” katanya.
Pembersihan menggunakan air kelapa, jeruk nipis, air rendaman mengkudu, air rendaman kembang setaman, dan minyak lentik.
Penjamas menggosok pusaka menggunakan serabut kelapa. Ada abu yang bermanfaat untuk membuat keset. Setelah pencucian, pusaka-pusaka itu dijemur di bawah sinar matahari.
“Setelah jamasan nanti pamornya kan kelihatan lagi, karat dan noda rontok, jadi keindahannya terlihat,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pembinaan Kebudayaan Dindikbud Kabupaten Purbalingga, Wasis Andri Wibowo mengatakan, kegiatan tersebut merupakan wujud pelestarian budaya.
“Kita tahu benda pusaka yang dijamas merupakan warisan budaya. Begitu juga kegiatan jamasanannya juga merupakan warisan budaya. Jadi sudah jadi kewajiban kami untuk melestarikan,” katanya.