SERAYUNEWS– Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Saizu Purwokerto, Enjen Zaenal Mutaqin mempresentasikan hasil karya ilmiahnya di forum ilmiah internasional. Dia mengangkat upaya teknologi. Artificial Intelligence (AI) dalam menangani krisis kemanusian Pengungsi Rohignya.
Menurut Enjen, kecerdasan buatan atau AI memiliki potensi besar dalam penanganan krisis kemanusiaan terkait pengungsi Rohingya. Namun, penggunaan AI juga memunculkan beberapa kontroversi, seperti masalah privasi dan keamanan data.
Dia juga mengungkap, AI yang terus berkembang saat ini, dapat membantu masyarakat dalam berbagai aktivitas. Seperti halnya dalam meningkatkan layanan kesehatan mental, mendeteksi ancaman keamanan, menerjemahkan bahasa, dan meningkatkan keamanan siber.
“Namun, penggunaan AI juga memunculkan beberapa kontroversi, seperti masalah privasi dan keamanan data. Karena itu, perlu adanya pengawasan dan regulasi yang ketat dalam penggunaan AI untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan secara etis dan bertanggung jawab,” ujarnya, Minggu (4/1/2024).
Enjen Zaenal Mutaqin telah memaparkan karya ilmiahnya mengenai upaya yang dapat dilakukan AI dalam menangani krisis kemanusian pada Pengungsi Rohignya. Karya ilmiahnya terpilih menjadi salah satu dari 328 karya yang terpilih dalam kegiatan AICIS ke-23 Tahun 2024 di UIN Walisongo Semarang.
Terdapat sebanyak 1957 karya ilmiah masuk ke panitia Annual International Conference on Islamic Studies atau AICIS ke-23 Tahun 2024. Namun hanya 328 karya yang masuk untuk membahas sejumlah persoalan kontemporer, termasuk krisis Rohingya. Kegiatan berlangsung sejak tanggal 1-4 Februari 2024.
Ketua Steering Committee (SC) AICIS 2024, Prof Mukhsin Jamil menyatakan, terdapat dinamika agama dan identitas etnis dalam konflik di Asia Tenggara, terutama krisis Rohingya di Myanmar dan penerimaannya di Aceh. Indonesia masih menjadi lanskap sosio-politik yang kompleks dan dilematis.
Isu tersebut juga menjadi salah satu bahasan pada sesi Religious Leaders Summit di Auditorium II UIN Walisongo Semarang. Isu Rohingya sendiri, sambung dia, telah dikupas oleh para peneliti melalui sejumlah riset.
Ini seperti terpotret dalam artikel Enjen Zaenal Mutaqin tentang Gender di Masa Krisis: Upaya Artificial Intelligence (AI) Dalam Menangani Krisis Kemanusiaan Studi Pada Pengungsi Rohingya. Enjen Zaenal Mutaqin turut berpartisipasi dalam gelaran AICIS ke-23.
Enjen mengambil tema Redefining The Roles of Religion in Adressing Human Crisis. Dia juga tampil sebagai speaker open panelis terundang di Parallel Session 1 Panel 9. Enjen beberkan paper dengan Gender in Times of Crisis: Artificial Intelligence (AI) Efforts Addressing the Humanitarian Crisis A Study on Rohingya Refugees.
Paper tersebut menganalisis peran dan potensi kecerdasan buatan dalam menangani krisis kemanusiaan yang terkait dengan pengungsi Rohingya. “Kecerdasan buatan atau AI memiliki potensi besar dalam menangani krisis kemanusiaan yang terkait dengan pengungsi Rohingya,” jelasnya.
Penelitiannya dilatar belakang adanya krisis kemanusiaan yang dihadapi oleh pengungsi Rohingya dan kompleksitas masalah yang terkait dengan penanganan mereka. Dalam konteks ini, teknologi kecerdasan buatan (AI) dianggap sebagai salah satu solusi.
Ini yang dapat membantu dalam menangani berbagai tantangan yang dihadapi oleh pengungsi Rohingya, terutama dalam bidang layanan. Sebagai pembahas, hadir Rektor IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, Dr Irawan dan Rektor UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Prof Khairunas Rajab.