JAKARTA, SERAYUNEWS.COM-Gotong royong adalah karakter masyarakat Indonesia. Lewat gotong royong masyarakat bisa menyelesaikan masalahnya seperti membuat jalan agar akses lalu lintas warga lancar jaya, membersihkan gorong-gorong atau got untuk mengantisipasi banjir dan pemberantasan penyakit demam berdarah, hingga bersih-bersih untuk keindahan dan kelestarian lingkungan. Tapi itu cerita dulu. Nilai itu semakin luntur terutama di masyarakat perkotaan.
Untuk mengembalikan semangat gotong royong itu, sebuah aplikasi untuk telepon pintar hadir di Indonesia. Namanya Atmago. Atmago adalah aplikasi pada telepon pintar yang bisa menghubungkan antar warga dalam satu lokasi berdekatan. Atmago bisa dijadikan media komunikasi warga antar Kecamatan atau Kabupaten.
Nene Sumiyati, perempuan 35 tahun warga RT 04 RW 12 Kelurahan Penjaringan Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, adalah salah satu pengguna Atmago. Lewat aplikasi atmago, Sumiyati menggerakkan warga RT 04 untuk bergotong royong membersihkan gorong-gorong air. Kelancaran air di gorong-gorong sangat mempengaruhi kenyamanan hidup di warga RT 04 yang kondisi warganya super padat. Bayangkan saja dalam satu RT dihuni 175 kepala keluarga. Bandingkan dengan sebuah RT di Kelurahan Pondok Benda Kecamatan Pamulang Tangerang Selatan, dengan luas wilayah yang lebih besar satu RT dihuni 75 kepala keluarga. Terbayang kan padatnya RT 04 di Penjaringan tadi.
Karena kepadatannya itu memunculkan beragam masalah, salah satunya soal pembuangan air limbah rumah tangga. Got yang dipenuhi sampah menjadi penghambat kelancaran pembuangan. Menunggu petugas pemerintah untuk membersihkan got hanya memperpanjang masalah. Alasannya petugas pemerintah tidak siap sedia karena masalah seperti itu mayoritas dialami oleh warga di Jakarta.
Terjun untuk menyelesaikan permasalahan sendiri adalah pilihan yang tepat. Sumiyati bersama pengurus RT bersama-sama menggerakkan pemuda untuk bergerak membersihkan gorong-gorong. Kamis pagi bertepatan dengan 17 Agustus 2017, para pemuda RT 04 Kelurahan Penjaringan bergotong-royong menyedot air mampet, mengangkuti sampah-sampah. “Kami punya tenaga andal untuk menyelam di air got yang kotor itu,” kata Sumiyati kepada Serayunews.com. Dalam dua jam terkumpul belasan kantong berisi sampan dari gorong-gorong RT 04.
Acara kerja bakti itu dilanjutkan dengan perlombaan ala peringatan 17 Agustus seperti balap karung, menggambar, hingga lomba joget dangdut. Di tengah hiruk pikuk lomba itu, para penggiat Atmago seperti Sumiyati dan Unggul Cahyono Edi mengenalkan aplikasi mobile tersebut kepada warga RT 04.
“Atmago media warga yang bisa menjadi alternative komunikasi antar warga,” kata Unggul yang juga Sekretaris RT 04.
Alfan Rodhi, Direktur Atmago Indonesia, yang juga hadir dalam acara kerja bakti warga RT 04, mengapresiasi warga Penjaringan yang memanfaatkan aplikasi Atmago. Menurut Alfan Atmago bertujuan untuk menguatkan kembali hubungan antar warga. Hubungan yang kuat bisa menjadi kekuatan warga untuk menyelesaikan masalah yang selama ini belum ketemu jalan keluarnya. Budaya masyarakat Indonesia seperti gotong royong memudahkan aplikasi Atmago bisa dimanfaatkan warga.
Tidak sekadar urusan kerja bakti, Atmago juga bisa dimanfaatkan secara individu maupun komunitas. Ia menceritakan seorang tukang pijat di daerah Pluit Jakarta Utara aktif menggunakan Atmago untuk mendapatkan pelanggan di daerah sekitarnya. Pucuk dicinta ulam tiba. Pemijat itu mendapatkan pelanggannya.
Setali tiga uang dengan tukang pijat itu, pengurus Pondok Pesantren di Lamongan Jawa Timur kesulitan mendapatkan dukungan pendanaan. Lewat aplikasi Atmago para pengurus mengumumkan kebutahan dana pembangunan. Masyarakat dengan radius belasa kilometer dari pondok antusias mendukung pembangunan Pondok tersebut. Walhasil urusan kekurangan dana sedikit teratasi. Itulah sedikit manfaat Atmago yang bisa dirasakan oleh warga di beberapa tempat.
Alfan berharap Atmago bisa dimanfaatkan oleh warga di semua Kabupaten terutama warga yang tergolong kelas ekonomi menengah ke bawah. “Rata-rata pengguna Atmago berpenghasilan rendah,” ujarnya. Saat ini Atmago baru dimanfaatkan oleh warga di Jakarta Bekasi, Tangerang, Subang, Yogyakarta, Lamongan, dan Malang. Alfan sangat terbuka untuk menambah daya rambah Atmago ke daerah lain. Tidak menutup kemungkinan di Kabupaten Cilacap, Banyumas, dan Kebuman di Jawa Tengah.
Alfan mengatakan setiap daerah memiliki karakter masing-masing dalam menggunakan Atmago. Ada daerah yang senang menggunakan Atmago dengan menginformasikan tentang pelayanan publik. Ini didominasi oleh warga di perkotaan seperti Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Adapun di Subang Jawa Barat, warga pengguna Atmago cenderung menginformasikan hal-hal yang bersifat seni dan budaya. “Warna Atmago sangat dipengaruhi oleh penggunanya,” kata Caprit pegiat Atmago Subang.
Dengan karakter seperti itu, Alfan menambahkan, warga Cilacap yang ingin memanfaatkan Atmago bisa menentukan sendiri warna dari Atmago. Misalnya saja menggunakan aplikasi Atmago untuk pelaporan layanan publik, kondisi jalanan yang rusak, hingga pelayanan kesehatan.
Aan, pedagang batagor sekaligus pengelola Komunitas Desa Widarapayung Cilacap, mengatakan aplikasi yang menghubungkan warga akan sangat membantu warga itu sendiri. Penilaian Aan itu mengacu pengalamannya yang mengelola Group Facebook Widarayapung. Dari group itu antar warga berbagi informasi peristiwa, kejadian, acara yang ada di seputar Widarapayung. Namun selama ini aktivitas group hanya sebatas memberikan informasi.
Aan berharap groupnya bisa menggerakkan warga untuk menggelar acara atau program yang bermanfaat untuk lingkungan. “Kalau bisa membantu warga yang kurang mampu,” katanya. Mengetahui Atmago yang bisa menggerakkan warga, Aan tertarik untuk mencoba aplikasi tersebut. “Asalkan aplikasinya gratis, itu perlu dicoba di Cilacap,” katanya.