Advertisement
Advertisement
Cilacap, serayunews.com
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Pertanian Cilacap Supriyanto. Menurutnya, pada tahun 2020, sedikitnya di Cilacap ada 117 ribu hektar lahan pertanian panen, dan mengahasilkan sekitar 980 ribu ton gabah kering panen, dengan perhitungan surplus 370 ribu ton setara beras.
“Pada saat panen raya kita (beras) biasa diambil dari wilayah Demak dan Cirebon, tergantung permintaan pasar, serta serapan Bulog, dan Food Station Tjipinang Jakarta,” ujar Supriyanto usai acara panen raya di Majenang Cilacap, Jumat (16/04).
Adapun langkah antisipasi terhadap lahan yang terdampak bencana alam seperti banjir, pihaknya juga telah mengembangkan teknologi pertanian dengan peningkatan produksi panen. Semisal lahan yang biasa panen dua kali setahun dinaikkan menjadi tiga kali, atau yang biasa panen satu kali menjadi dua kali.
“Alhamdulillah tahun 2020 kemarin, produksi alami kenaikan satu kuintal perhektar, untuk produksi aman, yang jadi masalah ketika terjadi panen raya, harga turun karena suplainya banyak demand-nya terbatas,” ujarnya
Ia menambahkan, lahan pertanian saat ini yang belum panen sekitar 59 ribu hektar, didominasi di wilayah barat. Karena wilayah Cilacap bagian barat suplai airnya dari wilayah pegunungan, jadi setiap saat bisa panen.
“Untuk irigasi teknis tergantung aliran airnya, biasanya untuk wilayah Cilacap timur, dua tahun ke depan masih ada giliran pengeringan, akan berdampak pada sekitar 19 ribu hektar,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, yang juga sebagai tim pengendali inflasi daerah Samsun Hadi mengatakan, kerjasama antar daerah penting untuk meminimalisir disparitas harga. Menurutnya, ada daerah yang kelebihan bahan pangan seperti beras, namun harganya rendah, sedangkan daerah yang memiliki ketersediaan barang sedikit, menjadikan harga lebih tinggi.
“Kerjasama antar daerah yang membutuhkan beras kita dorong, untuk menjaga kestabilan harga yang lebih luas di masyarakat, kita mendorong untuk selalu menjaga kestabilan inflasi, dengan menjaga pasokan baik suplai dan demand-nya,” ujarnya.
Hadi menambahkan, bahwa kerjasama yang telah dibangun antara Pemprov DKI Jakarta dan Pemkab Cilacap tidak hanya menjual barang jadi, namun ada proses awal seperti menumbuhkan bibitnya, pengolahan lahannya, sampai paska panen.
“Jadi dengan fasilitas kerjasama mulai dari hulu sampai hilir, petani akan merasa terbantu, tidak hanya produknya di beli, tetapi dari awal mereka didampingi,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sumber Makmur Cilacap Sahroni mengatakan, pihaknya selalu berhati-hati dalam penentuan varietas dan kualitas sesuai standar yang diinginkan pasar. Untuk tahun 2021, pihaknya siapkan lahan sekitar 1000 hektar.
“Saya ditunjuk sebagai ketua Gapoktan, petani kita rekrut, hasilnya kita ambil, trus kita tanam sesuai dengan yang diinginkan Food Station Tjipinang Jaya, kita arahkan petani untuk menamam yang sesuai keinginan. Untuk harga jual ditingkat petani, saya membeli dengan harga paling tinggi, yakni lebih dari Rp 4.200 GKP, dikelompok saya ada 500-an petani,” ujarnya.
Diketahui, Kabupaten Cilacap pada tahun 2020 berhasil menempati peringkat delapan besar sebagai produsen beras terbesar di Indonesia. Dengan luas panen 117.628 hektar, mampu menghasilkan padi 793.907 ton atau setara dengan 455.464 ton beras.