Kini, Pulau Nusakambangan dikenal sebagai pulau penjara. Bahkan, juga dikenal dengan penjara dengan pengamanan maksimal.
Dahulu kala, ide membuat penjara di Nusakambangan terjadi di masa kolonial. Adalah pemimpin Banyumas kala itu yang mengusulkan adanya penjara di Nusakambangan. Hal itu dilakukan untuk mengurangi kepadatan penghuni penjara di Pulau Jawa. Pada akhirnya, pemerintah kolonial melakukannya. Membuat penjara di Pulau Nusakambangan yang tertutup itu pada 1905.
Awal dibukanya penjara Nusakambangan, tak ada yang menarik perhatian. Sampai kemudian, rombongan orang Aceh yang menjadi tawanan perang, dibuang ke Penjara Nusakambangan pada 1906. Saat itulah, koran yang ada di Hindia Belanda memberitakannya. Sebuah berita yang menarik.
Orang Aceh ini adalah pejuang yang ulet selama Perang Aceh (1873-1904) yang merepotkan Belanda itu. Mereka kemudian jadi tawanan perang. Belanda tak mau mempekerjakan mereka di Aceh atau Sumatera bagian utara. Sebab, mereka rawan melarikan diri dibantu penduduk setempat.
Di tempat lain, pengawasan pada tawanan perang tidak memadai. Sampai akhirnya, mereka dibawa ke Jawa. Hanya saja, dengan kemampuan bertempur yang memadai, mereka sulit dijinakkan dan diatur oleh penjajah. Sampai akhirnya, Belanda memutuskan merelokasi para tawanan itu ke Penjara Nusakambangan.
Sebanyak 200 orang Aceh dibawa ke Nusakambangan. Di Nusakambangan, pembangkangan pun tetap mereka lakukan pada aturan-aturan penjajah. Kemudian, Penjara Nusakambangan pada akhirnya akrab dengan orang-orang Aceh tawanan perang. Pada 1913, tercatat ada 1000 orang tawanan perang Aceh yang dibuang ke Nusakambangan.
Kemudian, ada juga 2.000 narapidana dari Bugis dan Toraja yang dibuang ke Nusakambangan. Belanda memanfaatkan penjara ini untuk mereka yang melakukan pemberontakan. Pada tahun 1938, telah ada 6.000 orang yang dipenjara di Nusakambangan.
Referensi
Klaas Stutje. From Across the Water: Nusakambangan and the Making of a Notorious Prison Island