Dengan lokasi penanaman di Blora, Rembang, Grobogan, Pati, Kudus, Jepara, Demak, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Boyolali, Salatiga, Kabupaten Pekalongan. Lalu, Kota Pekalongan, Batang, Kendal, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Pemalang, Brebes, Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, Purbalingga, Wonosobo, Kebumen. Kemudian, Purworejo, Kabupaten Magelang, Kota Magelang, Temanggung, Surakarta, Klaten, Sragen, Karanganyar, Wonogiri dan Sukoharjo.
Bibit yang ditanam adalah bibit tanaman kayu keras (kehutanan) dan Multipurpose Tree Species (MPTS). Bibit itu di antaranya jati, mahoni, sengon, akasia, aren, cemara, asam jawa, flamboyan, kelor, sirsat, beringin, jambu biji. Lalu, pachira, mangga, nangka, mangrove, pucuk merah, trembesi, ketapang kencana, tabebuya, durian, dan lainnya.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menggencarkan penanaman pohon pada lahan kritis. Mengingat lahan kritis masih ada di sejumlah wilayah di Jawa Tengah. Oleh karena itu, ada penanaman pohon, selain juga untuk menyelamatkan daerah aliran sungai.
Sekda Jateng Sumarno memberi penjelasan tersebut saat melakukan penanaman pohon dalam rangka HUT ke-51 Korpri tingkat provinsi di Agro Gondang, Desa Jembrak, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Sabtu (26/11/2022). Peserta kegiatan ini sekitar 700 orang dari OPD provinsi, masyarakat kabupaten dan desa setempat, serta dari sejumlah perusahaan.
“Ini bagian kecil upaya dari pemprov berupa kontribusi ASN dan anggota Korpri untuk ikut berkontribusi mengatasi problem lahan kritis. Kalau program dari OPD juga sudah masif di sana (penyelamatan lahan kritis). Ini bentuk kepedulian gerakan teman-teman ASN untuk memotivasi masyarakat peduli masalah lingkungan karena problem lingkungan daerah aliran sungai,” kata Sumarno di lokasi kegiatan.
Menurutnya, penyelamatan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama. Hal ini menjadi hal penting terutama untuk menjaga ketersediaan air bersih di sumber mata air. Seperti dengan penanaman pohon. Harapannya, masyarakat akan merawatnya. Jadi tanaman nantiya tidak hanya menguntungkan aspek ekonomi namun juga bisa berdampak pada pencegahan kebencanaan.
“Di satu sisi ada aspek ekonomi, di satu sisi ada aspek yang lebih penting yaitu aspek kebencanaan. Kebencanaan di atas, kebencanaan di bawah. Sekarang banjir tidak hanya di bawah (dataran rendah) problemnya tapi di atas (dataran tinggi) juga problem masalah banjir karena kondisi yang seperti ini,” terangnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jateng, Widi Hartanto mengatakan pemilihan lokasi penanaman di Desa Jembrak karena memang ada perubahan lahan. Awalnya banyak tanaman di perbukitan. Kini menjadi kritis. Di lahan seluas 2,5 hektare itu dilakukan penanaman.
“Sehingga ada penanaman untuk mendukung penyelamatan daerah aliran sungai Tuntang yang merupakan daerah prioritas, yang harus dipedulikan,” kata Widi.
Adapun bibit yang ditanam total 602 bibit, yang akan dibagikan ke masyarakat ada 3 ribu bibit. Untuk bibit berupa bibit tanaman kayuan antara lain beringin, aren, gayang yang merupakan tanaman langka, gondang, kluwak dan bibit tanaman serbaguna seperti mangga, jambu kristal, durian, petai dan beberapa tanaman hutan.
“Kami melakukan kegatan rehabilitasi hutan dan lahan. Mulai dari penghijauan ini sudah kita lakukan, termasuk yang hari ini adalah upaya untuk menyelamatkan lahan kritis karena tadinya bukit ini ada kegiatan pengambilan material maka tanamannya menjadi hilang. Hari ini kita lakukan rehabilitasi, kita lakukan penanaman bersama masyarkat,” kata Widi.
Pemprov juga berupaya melakukan penanaman bersama masyarakat. Sampai saat ini, masih ada lahan kritis di Jateng seperti di Kebumen yaitu Kecamatan Karanggayam, dan Karangsambung, yang sudah mendapatkan penanganan. Harapannya, satu tahun ke depan sudah mulai kelihatan hijau karena sudah ada penanaman sekitar dua tahun lalu. Lahan kritis juga ada di Wonogiri, Kabupaten Tegal, Kendal, dan Blora.
“Intinya, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sudah ada gerakan penanaman sehingga kami berharap ini menjadi budaya kita untuk terus menanam di tempat yang masih ada lahan kosong, untuk kita tanami supaya lingkungan bisa terjaga,” ucapnya.
Di beberapa kesempatan, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo memang tak henti-hentinya mempedulikan lingkungan. Salah satunya dengan menggencarkan penanaman pohon di lahan-lahan kritis. Ganjar Pranowo berhasil memulihkan seluas 251.037 hektare lahan kritis di Jawa Tengah. Hal itu dengan melakukan reboisasi dan penghijauan di hutan negara dan hutan rakyat di Jawa Tengah sejak periode pertama menjabat di tahun 2014 lalu.
Pemulihan lahan dan hutan tersebut, sejak periode pertama di tahun 2014 hingga saat ini, telah ada sebanyak 101 juta batang pohon ditanam untuk reboisasi dan penghijauan di Jawa Tengah. Adapun 101 juta pohon yang ditanam tersebut beragam jenis, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lahannya. Untuk rehabilitasi hutan dan lahan produktif dipilih pohon seperti sengon, jati, mahoni, pinus, damar, jabon, suren, kayu putih, dan lainnya.