“Jadi kita mendapatkan peringatan dari BMKG terkait kondisi cuaca. Kemarin terjadi siklon tropis di NTT dan akan berdampak. Salah satu yang mendapat peringatan itu Jawa Tengah, khususnya di wilayah selatan,” ujar Ganjar usai simulasi.
Maka, pihaknya telah menginventarisasi wilayah yang rawan mulai dari Wonogiri, Kebumen, Purworejo, Cilacap, dan sebagian Banyumas.
“Latihan ini (simulasi bencana) penting karena biar orang merasakan dalam menyiapkan diri (hadapi bencana). Harapannya tiap daerah bisa seperti ini,” imbuhnya.
Terdapat tiga adegan simulasi bencana yang dilakukan yakni ketika terjadi tanah longsor, banjir bandang dan angin puting beliung. Warga memperagakan langkah apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana, bagaimana saling memberikan pertolongan kepada warga lain, terutama lansia dan anak-anak dari ancaman bencana tersebut.
Dengan simulasi itu harapanya warga sudah mampu menghadapi bencana yang datangnya tak dapat diduga sebelumnya dan mereka bisa dengan cepat menyelamatkan diri, saling menolong mengikuti rute evakuasi hingga sampai di titik pengungsian akhir.
Lebih lanjut, dalam simulasi itu juga digunakan alat tradisional kentongan sebagai early warning system untuk segera menuju ke pengungsian melalui jalur evakuasi.
Ganjar pun menegaskan jika terkendala alat modern, maka dianjurkan menggunakan alat tradisional.
“Sistem peringatan dini bisa gunakan alat tradisional, kentongan. Nanti bisa kerjasama dengan Babinsa, Babinkamtibmas dan lainnya,” jelasnya.
Sementara, Bupati Kebumen Arif Sugiyanto menuturkan bahwa pelaksanaan simulasi cukup bagus dan lengkap. Desa Tangguh Bencana ditargetkan mencapai 449 desa di tahun 2022 mendatang.
“Untuk saat ini baru 60 Destana. Sedangkan target kami di tahun 2022 sudah selesai semua yakni 449 Destana. Nanti 2024 kami tingkatkan menjadi keluarga tangguh bencana,” tandasnya.