SERAYUNEWS–Kepala pengelola dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Banyumas menyuarakan keresahan tentang hambatan kerja yang mereka hadapi. Masalah utama yang disoroti adalah koordinasi yang buruk dengan yayasan mitra pelaksana program.
Lucky Ayu, Koordinator MBG Wilayah Banyumas, menyatakan bahwa semestinya hubungan antara pengelola dapur dan yayasan adalah kemitraan yang saling menguatkan. Namun, menurutnya, minimnya komunikasi dan dukungan justru melemahkan efektivitas tim di lapangan.
“Kurangnya dukungan dari yayasan membuat kami, para Kepala SPPG, kesulitan bekerja secara efektif dan efisien. Padahal kami sangat membutuhkan tenaga ahli gizi dan akuntan dari pihak mitra,” kata Lucky, saat rakor bersama Satgas MBG Banyumas dan perwakilan dari Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia (Kemensetneg), Kamis (16/10/2025).
Lucky menegaskan bahwa kelancaran program tidak akan optimal jika hubungan antara SPPG dan yayasan terputus. Oleh karena itu, ia mendesak agar evaluasi menyeluruh dilakukan, dan tidak hanya berfokus pada kinerja SPPG.
“Evaluasi harus mencakup yayasan sebagai mitra pelaksana. Jangan hanya SPPG yang dikritisi. Kita perlu saling menguatkan demi keberhasilan program,” katanya.
Terkait penetapan harga bahan pangan, Lucky menjelaskan bahwa SPPG telah berkoordinasi dengan pihak yayasan dan pemasok, dengan berpegangan pada standar harga resmi.
“Harga ditentukan berdasarkan data Disperindag dan bisa dicek di situs Sigawakmas. Jika harga terlalu tinggi, tentu harus disesuaikan,” jelasnya.
Ia juga menyoroti bahwa variasi tarif antar-SPPG adalah hal wajar karena adanya perbedaan kondisi dan ketersediaan bahan pangan di tiap lokasi. Namun, ia menyayangkan bahwa kritik publik mengenai kualitas menu MBG kerap hanya ditujukan kepada SPPG.
“Kalau ada menu yang dianggap kurang layak, sorotan publik selalu ke kami. Padahal kami harus berkoordinasi dengan banyak pihak, termasuk yayasan,” katanya.
Mengenai kabar penutupan beberapa SPPG di daerah lain, Lucky menyebut bahwa sebagian besar masih beroperasi meskipun menghadapi kendala pendanaan.
“Yang benar-benar tutup baru SPPG di Purwodadi, itu pun karena kendala khusus. Di tempat lain, kami tetap bertahan karena yakin dana akan dibayarkan,” ujarnya.
Dia menambahkan bahwa semangat pengelola SPPG tetap tinggi karena mereka meyakini manfaat besar program MBG bagi anak-anak sekolah dan masyarakat.
Di sisi lain, perwakilan dari Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia (Kemensetneg) menyampaikan apresiasi tinggi atas pelaksanaan MBG di Kabupaten Banyumas.
Berdasarkan hasil pemantauan, program tersebut dinilai berjalan baik dan disambut positif oleh para siswa.
Benedicta, perwakilan dari Sekretariat Dukungan Sekolah Kemensetneg menyatakan bahwa kunjungannya adalah bagian dari arahan pimpinan untuk memantau pelaksanaan MBG. “Hasilnya, program berjalan lancar,” katanya.
Dalam kunjungannya ke SDN 01 Pasir Kidul, SMP Negeri 4 Purwokerto, dan SMP Muhammadiyah, Benedicta melihat antusiasme besar dari peserta didik.
“Kami masuk ke kelas, berbicara langsung dengan anak-anak. Mereka senang dan makanannya habis. Program ini benar-benar membantu pemenuhan gizi harian mereka,” katanya.
Ia menambahkan bahwa pelaksanaan MBG di Banyumas telah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), mulai dari persiapan hingga proses distribusi ke sekolah-sekolah. “Semua sesuai SOP. Pagi disiapkan, lalu diantar sesuai jalur,” kata dia.