SERAYUNEWS- Nabi Sulaiman atau Sulaiman bin Daud merupakan putra dari Nabi Daud yang sekaligus mewarisi kenabian ayahnya.
Melansir dari buku “Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Kehidupan Para Nabi Sejak Adam AS hingga Isa AS” (2019) oleh Ibnu Katsir, Nabi Sulaiman mempunyai kemampuan mengerti bahasa hewan.
Lalu, bagaimana kisah Nabi Sulaiman dan semut yang berbicara? Yuk, simak ceritanya di bawah ini dan pelajaran apa yang bisa diambil oleh umat Islam.
Kisah singkat ini ternyata memiliki banyak hikmah yang dapat dipetik. Berikut pelajaran yang bisa diambil.
1. Bersyukur dan Tidak Besar Kepala atas Kelebihan
Nabi Sulaiman mendapat anugerah dan kekuatan yang tidak pernah dimiliki oleh seorang pun namun tidak membuatnya besar kepala dan melupakan Allah.
Sebaliknya, beliau senantiasa bersyukur kepada Allah atas nikmat yang telah beliau terima.
2. Senantiasa Mengingat Allah dan Berdoa
Dalam surat An Naml ayat 19, Nabi Sulaiman berdoa kepada Allah, “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.
Bukan hanya bersyukur, Nabi Sulaiman juga berdoa mengharapkan ilham dan petunjuk dari Allah untuk dirinya dan juga untuk kedua orang tuanya.
3. Bijak Memahami dan Berempati
Semut merupakan binatang kecil yang sering sekali luput dalam penglihatan. Namun, tidak bagi Nabi Sulaiman.
Pasukan, kekuasaan, serta kekuatan yang besar tidak menjadikan Nabi Sulaiman seorang raja yang semena-mena.
Beliau selalu berusaha untuk menjadi raja yang bijak, juga mampu memahami dan berempati kepada rakyatnya. Hal ini terlihat dari sikap Nabi Sulaiman dalam menanggapi pasukan semut.
Keistimewaan mengerti bahasa hewan itu merupakan bentuk mukjizat dari Allah yang diberikan kepada Sulaiman.
Pada suatuhari, Nabi Sulaiman dan pasukan dari bangsa burung, kuda, jin, hingga manusia, sedang melakukan parade bersama.
Saat itu gerombolan semut yang berjumlah ribuan melintas di jalan yang sama dengan pasukan Nabi Sulaiman.
Raja Semut itu memperingatkan pasukannya untuk cepat menghindar dan masuk ke lubang-lubang agar tidak terinjak oleh kelompok Nabi Sulaiman.
“Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarang kalian agar tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya.” (QS An Naml ayat 16)
Ketika mendengar seruan raja semut, Sulaiman tersenyum bahkan tertawa dengan perkataan mereka.
Di saat itu pula beliau berdoa.
“Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepada aku dan kepada kedua orang ibu bapakku, dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau meridai, dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba yang saleh.” (QS An Naml ayat 17-19)
Nabi Sulaiman pun tersenyum menjadi suatu tanda bahwa ia benar-benar bahagia dan bersyukur atas bakat dari Allah.
Setelah mendengar perkataan semut, Nabi Sulaiman pun segera meminta pasukannya berhenti beberapa saat.
Ia berkata, “Berhentilah sejenak. Kita memberi jalan untuk makhluk yang berlindung kepada Allah ta’ala. Sehasta di depanku ada lembah semut yang berisi jutaan semut. Mereka telah mencari tempat perlindungan agar tidak terlindas oleh kuda kita.”
Abdurrazaq meriwayatkan suatu hadis dari Ma’mar bahwa Sulaiman bin Daud pernah pergi bersama sahabatnya untuk mencari air.
Karena beliau mengerti bahasa semut, Sulaiman melihat ada semut yang berdiri sambil mengangkat sebelah kaki dengan maksud meminta air.
Lalu, Sulaiman berkata kepada sahabatnya, “Kembalilah kalian, karena kalian telah mendapat bagian air minum. Sesungguhnya semut ini juga meminta air.”
Nabi Sulaiman pun segera membantu semut itu dan memberinya jatah air karena ia tahu bahwa semut juga termasuk makhluk Allah.
Demikian kisah Nabi Sulaiman dan semut yang berbicara. Semoga pelajaran dalam kisahnya bisa kita teladani. *** (Putri Silvia Andrini)