Lapak Ganjar sendiri merupakan ruang promosi online bagi UMKM, yang diinisiasi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Lapak Ganjar hadir secara tematik setiap sepekan sekali. Pelaku UMKM yang terpilih akan ditampilkan di instastory Gubernur langsung.
Aklis Nurdiansyah, pemilik usaha Wijaya Madu Borobudur mengatakan bahwa ia mulai merintis usahanya itu sejak tahun 2019 lalu. Bertepatan pandemi, madu banyak diminati masyarakat.
Namun saat itu, permintaan hanya datang dari sekitaran Borobudur, Kabupaten Magelang. Selama ini, ia mempromosikan produknya melalui akun media sosial pribadinya. Baik facebook, instagram, dan whatsapp.
Lalu, ia berinisiatif untuk mengikutkan Lapak Ganjar. Alhasil, produknya lebih luas dikenal, bahkan sampai ke luar negeri. Seperti Swiss dan Belanda.
“Produk madunya itu semakin dikenal di berbagai daerah di luar Jawa. Seperti Sumatra, Kalimantan, Papua, dan Batam. Bahkan ada salah seorang pengusaha di Magelang yang membawa produk madunya untuk dijual di Swiss dan Belanda,” ujarnya saat ditemui di rumahnya Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, beberapa waktu.
Aklis bahkan sempat kuwalahan untuk memenuhi banyaknya permintaan. Ia harus membagi stok madunya di antara daerah-daerah konsumennya. Mulanya, ia hanya bisa menjual 10 botol per hari, dan saat ini bisa menjual 40 botol per harinya.
“Pernah kita stop karena stok terbatas dan permintaan banyak. Akhirnya kita harus bagi untuk daerah-daerah pembeli,” tuturnya.
Hingga saat ini, Aklis terus mengembangkan usaha madunya baik secara kuantitas maupun kualitas.
“Usaha ini melibatkan dua orang teman saya. Yakni pemburu lebah dan petani lebah. Untuk mendapatkan madu yang berkualitas, lebah ini kita taruh di atas Bukit Menoreh yang masih bisa menyerap sari-sari bunga alami,” terangnya.
Dari pengalamannya itu, Lapak Ganjar sangat membantu UMKM untuk maju. Bukan hanya di Jawa Tengah, melainkan seluruh UMKM di Indonesia.
“Di tengah kesibukannya, Pak Ganjar masih peduli kepada UMKM kecil,” tandasnya.