BANJARNEGARA,Serayunews.com-Bukit Waturampak, nama itu mungkin masih asing bagi masyarakat umum. Namun keberadaan bukit yang berada di Desa Berta, Kecamatan Susukan ini menyimpan keindahan alam yang luar biasa, apalagi bagi para petualang alam.
Bagi pencinta keindahan dan pemandangan alam, Puncak pegunungan Serayu yang berada di sisi barat Banjarnegara ini sangat eksotis. Maka tak heran jika bukit ini menjadi sasaran para pencinta alam terbuka untuk melakukan pendirian tenda dan bermalam di lokasi tersebut.
Melihat potensi tersebut, pemerintah Desa Berta berusaha mengemas destinasi ini sebagai wisata alam dengan minat khusus. Biasanya para wisatawan yang datang untuk berburu sunset. Tidak hanya itu mereka juga dapat menikmati keindahan alam serta udara yang sangat sejuk.
Kepala Dusun II, Desa Berta, Carisan mengatakan, jika sudah berada di puncak, semilir angin dan pemandangan akan terpapar memanjakan mata. View yang disuguhkan sangatlah menarik, mulai dari aliran sungai Serayu, hijaunya lahan, hingga areal bentangan sawah cukup untuk memanjakan mata.
“Biasanya, kalau Sabtu sore, banyak sekali yang naik untuk berburu sunset, tidak hanya itu banyak juga yang mendirikan tenda di puncak bukit tersebut,” katanya.
Untuk mencapai bukit tersebut tidaklah sulit, para wisatawan bisa menggunakan kendaraan roda dua hingga perbatasan dan kemudian berjalan kaki dengan waktu tidak lebih dari 15 menit. Hanya saja, keberadaan puncak bukit ini masih belum tertata dengan baik, belum banyak fasilitas untuk para wisatawan yang berkunjung.
“Kalau pemandangannya bagus, hanya saja tempatnya masih alami sekali dan belum ada polesan, jalan menuju lokasi juga masih belum bagus, sehingga saat musim hujan, akses menuju bukit sangat licin dan berbahaya,” kata Wahyudi (30) warga Banyumas yang sedang berburu Sunset di Bukit Waturampak, Sabtu (26/9/2020).
Menurutnya, butuh pengelolaan yang serius jika lokasi ini nantinya menjadi wisata yang dikelola desa. Akses jalan tentu menjadi hal yang utama, selain itu fasilitas lain seperti MCK di bukit hendaknya juga menjadi perhatian pengelola.
“Kalau saat ini mungkin masih wajar, karena kita hanya dikenakan parkir atau penitipan motor pada warga sekitar, bahkan kalau warga lokal dengan menggunakan roda dua bisa sampai ke puncak bukit,” katanya. (oel)