SERAYUNEWS— Kata flex atau flexing populer pada tahun 2014 berkat lagu No Flex Zone dari Rae Sremmurd yang berarti area untuk orang-orang yang santai, bersikap seperti dirinya sendiri, dan tidak pamer atau pura-pura menjadi pribadi yang berbeda.
Dalam bahasa gaul, orang yang flexing dianggap suka berbohong memiliki banyak kekayaan meski realitanya tidak. Jelas ini merupakan kritik keras bagi mereka yang hobi pamer.
Flexing berasal dari bahasa Latin, flectere,yang artinya menekuk (to bend). Terminologi ini sudah ada dalam bahasa Inggris sejak awal abad ke-18 untuk menggambarkan gerakan tubuh seorang binaragawan yang memperlihatkan atau memamerkan tekukan otot-ototnya.
Menurut kamus Merriam-Webster, flexing adalah pamer sesuatu dengan cara mencolok. Cambridge Dictionary mengartikan sebagai pamer atau terlalu membanggakan hal yang dimiliki, tapi dengan cara yang kurang menyenangkan bagi orang lain.
Saat Lebaran, mudik sudah bergeser dari ajang silaturahmi menjadi flexing. Ajang pamer kesuksesan kaum urban yang merantau ke kota. Mereka seakan-akan ingin menunjukkan bahwa telah sukses di tanah rantau dengan membawa segudang barang baru yang konon branded.
Kadang tidak hanya pamer benda, tetapi sampai pamer ke gaya dan logat bicara. Sebelum merantau kowe karo aku, berubah seketika menjadi lo dan gue. Mungkin memang harus berganti dengan lo gue, supaya feel hype and dopenya dapat.
Akhirnya, esensi mudik terkubur, berganti dengan adu gengsi. Inilah yang seharusnya kita hindari.
Sam Edy Yuswanto dalam bukunya, “Saya Bersyukur, Saya Bahagia,” menulis bahwa sebagian pemudik mungkin ada yang bela-belain utang sana-sini demi bisa tampil wah saat lebaran di kampung halaman. Bahkan, sengaja menyewa mobil mewah sebagai kendaraan mudik.
Ujung flexing menjadikan pribadi yang narsis. Narsis merupakan salah satu penyakit mental atau gangguan psikologis.
Seseorang yang menderita gangguan narsis biasanya pribadi yang emosional, lebih banyak berpura-pura, antisosial, dan terlalu mendramatisir sesuatu.
Jika seseorang kaya, biasanya menghendaki privasi dan kekayaan justru disembuyikan.
Ada sebuah pepatah mengatakan poverty screams, but wealth whispers. Semakin kaya orang-orang, justru semakin tidak ingin jadi pusat perhatian. Oleh karena itu, flexing justru bukan orang kaya yang sesungguhnya
Tiba waktu sekarang kita tinggalkan flexing saat mudik. Saatnya memasuki No Flex Zone, hidup apa adanya. Lebaran itu indah, jika apa adanya.*** (O Gozali)