Usia 0-6 tahun merupakan usia emas bagi seorang anak, sehingga perlu diperhatikan pendidikan yang masuk ke anak pada usia tersebut. Sebab, tak hanya berpengaruh pada terbentuknya karakter, tetapi juga sangat dominan dalam pembentukan kemandirian anak.
Purwokerto, Serayunews.com
Dalam beberapa tahun terakhir, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mulai mendapat porsi penting dalam keberlangsungan proses pendidikan anak. Terlebih setelah Bupati Banyumas mengeluarkan Peraturan Bupati (Perbub) nomor 46 Tahun 2019 yang mewajibkan anak usia dini minimal 1 tahun menempuh pendidikan di PAUD atau Taman Kanak-Kanak (TK).
Kabid Pembinaan PAUD dan Dikmas Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Banyumas, Tri Asih Kartikowati SH mengatakan, saat ini tercatat jumlah PAUD di Kabupaten Banyumas mencapai 1.197. Terdiri dari TK sebanyak 633, Kelompok Belajar (KB) ada 354, TPA 18 dan Satuan Paud Sejenis (SPS) ada 192.
“PAUD itu rumah besar yang di dalamnya terdapat Kelompok Bermain, TK, TPA, serta SPS, usia anak yang terlibat dalam pendidikan dini ini antara 0 – 6 tahun,” terangnya.
Lebih lanjut Tri Asih menjelaskan, saat ini pendidikan anak usia dini sudah merambah hingga 75 persen anak-anak di Kabupaten Banyumas. Kondisi ini juga ditopang dengan keberadaan sekolah PAUD pada tiap desa, serta keberadaan bunda PAUD yang melibatkan pengurus PKK setempat di tingkat kecamatan dan desa serta kelurahan.
Untuk wilayah yang belum semua anak-anak mengikuti pendidikan usia dini, lanjutnya, didominasi karena faktor jarak sekolah. Dimana jarak sekolah cukup jauh, sementara orangtua tidak bisa mengantar karena harus bekerja. Sedangkan masalah biaya sekolah, menurut Tri Asih sudah tidak dominan, mengingat untuk siswa PAUD sudah mendapatkan Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BPO) PAUD, dimana setiap siswa mendapatkan bantuan biaya sekolah Rp600.000 per tahun.
“BOP ini dari pemerintah pusat yang langsung ditransfer ke lembaga pendidikan PAUD, sepanjang sekolah mengupload data pokok pendidikan (dapodik). Sehingga sekarang tidak ada alasan bagi siswa untuk tidak sekolah karena terkendala biaya,” tuturnya.
Keberadaan PAUD mulai berkembang pesat sejak tahun 2015, hampir semua desa di Banyumas sudah memiliki PAUD. Kondisi tersebut terus mengalami perkembangan dan sampai saat ini jumlah PAUD dalam satu desa bisa mencapai 3-4 sekolah. Jumlah desa/kelurahan di Kabupaten Banyumas ada 331. Dari total 1.197 PAUD di Banyumas, yang dikelola pemerintah kabupaten hanya 6 buah, lainnya merupakan sekolah swasta yang dikelola yayasan ataupun perorangan.
Jumlah PAUD di Kabupaten Banyumas
Jenis PAUD | Jumlah |
TK | 633 |
KB | 354 |
TPA | 18 |
SPS | 192 |
Peran Bunda PAUD
Semakin masifnya pendidikan anak usia dini di Kabupaten Banyumas tidak terlepas dari peran Bunda PAUD. Bunda PAUD Kabupaten Banyumas, Ny Erna Husein menyampaikan, saat ini sudah terbentuk bunda PAUD hingga ke tingkat kecamatan, desa dan kelurahan. Sehingga sosialisasi akan pentingnya pendidikan usia dini semakin masif.
“Keberadaan bunda PAUD sebenarnya sudah lama, hanya saja memang dikukuhkan belum lama. Tetapi para bunda PAUD ini langsung turun ke lingkungan masing-masing untuk memantau anak-anak usia dini apakah sudah masuk PAUD atau belum. Dan jika ada yang belum mengikuti pendidikan usia dini, maka akan ditanyakan penyebabnya dan dicari solusi bersama, karena target kita semua anak usia dini di Banyumas bisa menikmati pendidikan PAUD,” jelas Erna.
Selama pandemi Covid-19, kata Erna, jumlah siswa PAUD sempat mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan sekolah tutup dan siswa belajar di rumah. Akibatnya, banyak orang tua yang enggan memasukkan anaknya ke pendidikan PAUD. Melihat kondisi tersebut, Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) Banyumas diintruksikan untuk turun dan melakukan pembelajaran di rumah-rumah siswa dengan jumlah terbatas. Dilakukan pembelajaran bergilir dengan jumlah siswa dibatasi 5 anak dan dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) yang ketat.
Terkait awal mula menyosialisasikan pentingnya pendidikan anak usia dini ini, Erna bertutur, untuk desa-desa yang belum mempunyai sekolah, banyak bunda PAUD merelakan rumahnya dijadikan tempat untuk belajar. Bunda PAUD tersebut merupakan isti kepala desa atau penggurus PKK di desa.
“Di daerah pinggiran, tepatnya di Desa Panembangan, Kecamatan Cilongok ada anak-anak muda setelah selesai SMA mereka dengan sukarela mengajari anak-anak usia dini di desa tersebut. Bertempat di mushola desa, anak-anak diajak belajar sambil bermain, olahraga dan aktivitas lainnya. Semua dilakukan secara gratis, atas dasar pengabdian dan kesadaran pentingnya memberikan pendidikan sejak dini pada anak,” cerita Erna.
Kenalkan Literasi Pada Anak
Pendidikan usia dini tidak hanya membuat anak menjadi lebih mandiri dan lebih mudah dalam bersosialisasi dengan lingkungan, namun juga mengenalkan literasi lebih dini. Ketua Prodi PG PAUD Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Dr Desti Pujiati M.Pd mengatakan, anak usia 3-6 tahun perkembangan otaknya antara 0-85% dan sedang dalam kondisi sangat bagus untuk menerima stimulan.
Desti memaparkan, anak yang melalui proses pendidikan PAUD dengan yang langsung mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar (SD) mempunyai banyak perbedaan. PAUD mempersiapkan siswa untuk bisa lebih mandiri, bersosialisasi dan dari sisi akademik juga mengenalkan literasi. Sedangkan untuk pendidikan SD sekarang ini sudah masuk dalam ranah kompetensi.
“Sebagai contoh, untuk PAUD anak dikenalkan literasi, kenali konsep secara utuh, misalnya belajar angka 1, maka guru akan memberikan gambar buah jeruk yang jumlahnya 1, sehingga anak mempunyai gambaran utuh tentang angka 1. Berbeda dengan di SD, anak hanya diberikan angka saja, tanpa memperdalam makna,” terangnya.
Desti mengakui, meskipun kesadaran akan pentingnya pendidikan usia dini pada anak sudah meluas di Banyumas, namun masih ada wilayah yang belum tersentuh kesadaran tersebut. Dari hasil program pengabdian masyarakat yang dilakukan UMP misalnya, ditemukan satu kawasan yang masih belum menganggap penting pendidikan bagi anak.
“Kita menemukan di kawasan Gunung Tugel, kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan anak belum terbangun, sehingga anak-anak hanya cukup dibekali kemampuan membaca dan berhitung, kemudian diarahkan untuk bekerja, ini tentu menjadi keprihatinan tersendiri bagi kita,” tuturnya.
Terkait konsep pembelajaran PAUD, Desti mengungkapkan, pada dasarnya PAUD yang menaungi KB, TK, SPS dan TPA tidak mewajibkan anak didiknya untuk mempunyai kemampuan baca-tulis, karena konsep pendidikan usia dini adalah bermain sambil belajar. Sehingga yang diutamakan adalah membentuk karakter anak yang mandiri. Namun dalam perkembangannya, PAUD sekarang sudah banyak yang mengajarkan baca-tulis. Hal tersebut tidak masalah, sepanjang anak tidak merasa terbebani, mengingat usia 3-6 tahun adalah usia anak untuk lebih banyak bermain dan bersosialisasi dengan lingkungan.