Selama 10 tahun sudah, Ir Achmad Husein mengabdi sebagai Bupati Banyumas. Lima tahun pertama, Husein didampingi dr Budhi Setiawan yakni pada 2013 sampai 2018. Di lima tahun kedua, Husein didampingi Drs Sadewo Tri Lastiono, tepatnya pada 2018 sampai 2023.
Selama 10 tahun mengabdi, berbagai tantangan Husein hadapi. Tentu butuh kerja keras yang luar biasa untuk mengabdi sebagai orang pertama di Banyumas. Sebab, Kabupaten Banyumas adalah wilayah yang tidak bisa dikatakan sempit. Banyumas adalah kabupaten yang memiliki luas 132.759 Ha. Luas wilayah itu setara dengan 4,08 persen dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Dengan luas seperti itu, penduduk Banyumas pun sangat banyak. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, jumlah penduduk Banyumas adalah 1.789.630 jiwa. Perinciannya, ada 900.919 pria dan 888.711 wanita. Dari jumlah penduduk itu, 1.326.178 adalah mereka yang sudah berusia lebih dari 17 tahun.
Husein juga harus mengurusi pemerintahan. Secara administratif, Kabupaten Banyumas terdiri atas 27 kecamatan, 301 desa, dan 20 kelurahan. Jalan terjal yang harus dihadapi Husein tentunya pada masa periode kedua. Sebab, di masa periode itulah Husein dan juga banyak kepala daerah harus putar otak lebih keras. Pasalnya, Covid-19 melanda. Covid-19 melanda dunia dari 2020 sampai kisaran 2022. Berbagai kendala pun dihadapi para kepala daerah.
Setelah Covid-19 berlalu, pelan tapi pasti, Husein dan jajarannya menata kembali banyak segi kehidupan di Banyujmas. Roda pemerintahan, perekonomian, sosial, budaya, dan lainnya sudah mulai menggelinding normal setelah kepergian Covid-19.
Satu fenomena penting dari pemerintahan Husein di bidang ekonomi adalah soal pertumbuhan ekonomi. Memang, Banyumas sempat terpuruk di masa Covid-19. Tapi pertumbuhan ekonomi Banyumas selalu di atas Jawa Tengah dan nasional.
“Angka pertumbuan Kabupaten Banyumas lebih tinggi dari provinsi dan nasional di setiap tahunnya,” kata Husein.
Di tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Banyumas 6,97 persen. Pada 2014, pertumbuhan ekonomi Banyumas 5,67. Di tahun 2015, pertumbuhan ekonomi Banyumas mencapai 6,12 persen. Pada tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Banyumas mencapai 6,05 persen.
Di tahun 2017 pertumbuhan ekonomi Banyumas mencapai 6,34 persen. Pada 2018, pertumbuhan ekonomi Banyumas adalah 6,45 persen. Di 2019 pertumbuhan ekonomi Banyumas mencapai 6,32 persen.
Kemudian di tahun 2020 ketika Covid-19 melanda, pertumbuhan ekonomi Banyumas turun drastis ke minus 1,65 persen. Pada 2021, pertumbuhan ekonomi naik menjadi 4 persen. Pada 2022, pertumbuhan ekonomi Banyumas mencapai 5,86 persen. Selama rentang waktu 2013 sampai 2022, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah dan nasional selalu di bawah Banyumas.
Hal yang juga cukup membahagiakan adalah terkait pendapatan asli daerah (PAD). PAD Banyumas nyaris selalu naik dari tahun 2013 sampai 2022. Kecuali di tahun 2020 ketika Covid-19 melanda, PAD Banyumas sempat turun.
Pada tahun 2013, PAD Banyumas adalah Rp308 miliar. Setahun setelahnya PAD Banyumas adalah Rp435 miliar. Pada tahun 2015, PAD Banyumas adalah Rp502 miliar. Di tahun 2016, PAD Banyumas Rp541 miliar. Pada 2017, PAD Banyumas adalah Rp619 miliar.
Di 2018, PAD Banyumas adalah Rp684 miliar. Pada tahun 2019, PAD Banyumas adalah Rp686 miliar. Pada 2020, PAD Banyumas turun menjadi Rp668 miliar. Namun, di tahun 2021, PAD Banyumas kembali melonjak melebihi tahun-tahun sebelumnya yakni Rp761 miliar. Pada 2022, PAD Banyumas naik lagi menjadi Rp779 miliar. “Dari tahun 2013 sampai 2022, PAD naik 152,6 persen,” ujarnya.
Kemudian, untuk realisasi investasi, juga mengarah ke positif. Memang pada 2013 sampai 2018 investasi fluktuatif. Namun, sejak 2018 sampai 2022, investasi cenderung melonjak sampai Rp1,66 triliun.
Industri di Banyumas juga cenderung naik dari tahun 2013 sampai 2022. Jika di tahun 2013 ada 40.639 industri besar, menengah, dan kecil, maka di tahun 2022 sudah melonjak drastis. Di tahun 2022 ada 44.099 industri besar, menengah, dan kecil. Dari jumlah industry tersebut perkembangan pesat terjadi pada industri kecil. Di tahun 2022 tercatat ada 44.016 industri kecil. Hal itu mengindikasikan bahwa di sektor kecil pun industry bergeliat.
Efek dari banyaknya industri di Banyumas tentu berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Saat ini ada 106.348 tenaga kerja yang terserap pada dunia industri di Banyumas. Hal itu tentu akan berdampak pada perekonomian masyarakat di Banyumas.
Pasar di Banyumas juga mengalami peningkatan terhitung sejak 2017. Jika di 2017 ada 120 pasar, maka di 2022 ada 187 pasar. Banyaknya pasar ini akan berdampak pada perputaran uang dan geliat perekonomian.
Sementara, dunia pertanian, peternakan, dan perikanan di Banyumas tidak bisa dianggap enteng. Sebab, di masa sulit, Covid-19, pertanian, peternakan, dan perikanan justru menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. Ketika banyak sektor mengalami kelesuan karena Covid-19 dunia pertanian, perikanan, dan peternakan justru bisa bertahan dan menjadi penopang perekonomian.
Dari pertanian, produktivitas padi relatif meningkat terhitung sejak 2018. Produktivitas padi pada 2018 adalah 4,69 ton per hektar. Di 2019, produktivitas padi adalah 5,71 ton per hektar. Pada tahun 2020, produktivitas padi adalah 5,81 ton per hektar. Di 2021, produktivitas pada adalah 5,84tn per hektar. Pada 2022, produktivitas padi adalah 5,8 ton per hektar.
Selaras dengan padi, peternakan juga mengalami lonjakan. Pada 2022, ada ada 46.950 ton. Produksi perikanan juga mengalami kenaikan yakni sampai 12.466 ton.
Sementara, ekspor Banyumas didominasi oleh tiga produk. Sejak 2013 ekspor kayu olahan mencapai 130.303.390 ton. Ekspor minya atsiri 131.071.973 ton. Ekspor gula kelapa 119.273.435 ton. Nilai ekspor Banyumas juga selalu menanjak tiap tahunnya. Pertambangan ekspornya pun luar biasa.
“Pada 2012 nilai ekspor Banyumas 18,74 juta dolar AS. Sementara pada 2022 nilai ekspor Banyumas 78,16 juta dolar AS,” kata Husein.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Banyumas melonjak dari 2013 sampai 2022. Pada 2013, IPM Banyumas adalah 68,6. Sementara pada 2022, IPM Banyumas adalah 73,17. “Selama 10 tahun Indeks Pembangunan Manusia, Kabupaten Banyumas memiliki peringkat paling tinggi dibandingkan dengan kabupaten sekitar,” ujar Husein.
Lalu apakah itu IPM. Mengutip dari website Badan Pusat Statistik (BPS), IPM adalah alat untuk menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM diperkenalkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR).
Setidaknya ada tiga dimensi dasar pembentukan IPM, yakni umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Adapun manfaat IPM setidaknya ada tiga. Pertama merupakan indicator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat atau penduduk).
Kedua, dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara. Ketiga, bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).
Capaian IPM Banyumas yang bagus ini sejalan dengan menurunnya kemiskinan secara umum. Pada 2012 kemiskinan di Banyumas 19,44 persen. Kemiskinan turun sampai angka 12,53 pada tahun 2019. Hanya saja, di masa Covid-19, kemiskinan sempat melonjak yakni 13,26 persen di 2020 dan 13,66 di tahun 2021. Namun, di tahun 2022, kemiskinan turun sampai 12,84 persen.
Selain kemiskinan, kemiskinan ekstrem juga turun drastis. Di tahun 2020 kemiskinan ekstrem adalah 6,83 persen. Pada tahun 2021 kemiskinan ekstrem turun menjadi 3,73 persen. Di tahun 2022, kemiskinan ekstrem turun lagi menjadi 1,38 persen.
Reformasi Birokrasi
Indeks Reformasi Birokasi di Kabupaten Banyumas dalam lima tahun belakangan selalu mengalami kenaikan. Pada tahun 2018 Indeks Reformasi Birokrasi Banyumas adalah 66.68. Kemudian di tahun 2019, Indeks Reformasi Birokrasi Banyumas di angka 68.76. Di tahun 2020, Indeks Reformasi Birokasi di angka 69.07. Di tahun 2021, Indeks Reformasi Birokrasi di angka 71.12. Kemudian di tahun 2022, Indeks Reformasi Birokrasi Banyumas di angka 73.08.
Adapun Indeks Reformasi Birokrasi mengambarkan sejauh mana instansi pemerintah melaksanakan perbaikan tata kelola pemerintahan yang bertujuan pada pemerintahan yang efektif dan efisien, bersih dari KKN, dan memiliki pelayanan publik yang berkualitas.
Kabupaten Banyumas di masa kepemimpinan Achmad Husein menggenjot infrastruktur. Untuk jalan, pada tahun 2013, jalan kabupaten dalam kondisi baik sejauh 410,2 Km. Setahun setelahnya, kondisi jalan kabupaten dalam kondisi baik ada 478,2 Km. Pada tahun 2015, kondisi jalan kabupaten yang dalam kondisi baik sejauh 486,6 Km. Peningkatan terus terjadi sampai 2022. Di tahun 2022, jalan kabupaten dalam kondisi baik sejauh 868,6 Km.
Dari tahun 2013 sampai 2022, kondisi jalan kabupaten dalam kondisi baik meningkat sepanjang 458,3 Km. “Peningkatan kondisi jalan menjadi prioritas untuk mendukung berbagai aktivitas masyarakat, menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi dan meningkatkan konektivitas antarwilayah,” ujar Husein.
Selain jalan, infrastruktur lain yang juga digarap pemerintah Banyumas adalah irigasi. Sejak 2013 sampai 2022, kondisi irigasi yang baik selalu meingkat tiap tahunnya. Jika di tahun 2013 irigasi yang baik dalam persentase 51,1 persen, maka di tahun 2022, irigasi yang baik sudah sampai 81,12 persen.
Kondisi irigasi ini tentu sangat bermanfaat bagi dunia pertanian. Sebab, dengan irigasi yang baik, maka aliran air pun jadi baik. Ketika aliran air baik, maka pengairan untuk pertanian juga baik. Pengairan inilah yang nanti akan berdampak pada produksi pertanian di Banyumas. “Kondisi jaringan irigasi menjadi faktr penting untuk ketahanan pangan,” kata Husein.
Ada banyak manfaat dari ruang terbuka hijau (RTH). Pertama adalah sebagai paru-paru dari sebuah kota atau wilayah. Sebab, tumbuhan yang ada di RTH dapat menyerap karbondioksida (CO2), menghasilkan oksigen, menurunkan suhu dan memberikan suasana sejuk serta menajadi area resapan air. Kondisi itulah yang akan memberikan kemanfaatan masyarakat dan lingkungan di satu wilayah yang memiliki RTH.
Kedua bisa menjadi lokasi rekreasi. Jika RTH ditata dengan bagus, maka akan jadi lokasi rekreasi keluarga yang menyenangkan. Warga bisa menjadikan RTH untuk tempat olahraga atau bersantai. Ketiga, sebagai ruang estetik. Artinya, dengan adanya RTH maka ada pemandangan yang sejuk dan meredam kejenuhan setelah beraktivitas.
Keempat adalah berguna sebagai pembatas antara ruang satu dengan ruang yang lain. Kelima bisa dijadikan sebagai sarana belajar siswa. Siswa bisa mengetahui jenis tanaman yang ada di RTH.
Terkait RTH ini, Kabupaten Banyumas juga memiliki banyak RTH. Bahkan, setiap tahunnya ada peningkatan luas RTH yakni sampai 9 persen. Beberapa contoh ruang terbuka hijau di Banyumas adalah Taman Pereng Cilongok, Taman Edukasi Keselamatan Lalu Lintas, Alun-alun Purwokerto, Taman Satria Berkoh, Taman Kota Sumpiuh, Taman Kober.