SERAYUNEWS – Kekeringan karena musim kemarau di Purbalingga, mulai terasa dalam beberapa pekan ini. Beberapa desa telah mengalami krisis air bersih, sekitar 400 hektar lahan pertanian juga mengalami kekeringan.
“Sudah 2 minggu ini tidak ada hujan, jadi sudah mulai terasa,” kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga, Mukodam, Rabu (02/08/2023).
400 hektar lahan pertanian yang kekurangan air, terjadi di wilayah Kecamatan Kemangkon dan Kaligondang.
“Potensi kekurangan air lahan pertanian di Kemangkon sekitar 300 hektar, dari luas lahan pertanian 2.200 hektar atau sekitar 13 persen. Di Wilayah Kecamatan Kaligondang, khususnya di Desa Penolih, Cilapar dan Tejasari, sekitar 90 hektar,” katanya.
Kondisi seperti ini, sudah siklus tahunan. Sehingga Dinas Pertanian Purbalingga, juga telah menyiapkan antisipasi dengan aktif sosialisasi pengoptimalan saluran irigasi. Selain itu, juga menyiapkan bantuan program pompanisasi kepada kelompok tani.
“Langkah antisipasi kami adalah pemeliharaan jaringan irigasi, untuk meminimalisir kebocoran air. Kemudian penyiapan bantuan pompanisasi, dan BBM untuk pompa,” ujarnya.
Kekeringan juga berdampak bagi tanaman padi, pertumbuhannya akan terhambat dan bisa saja mengalami puso jika tidak mendapat air sama sekali.
“Dengan pompanisasi, lahan tetap basah meski tidak sampai tergenang air,” kata dia.
Dinas juga menyediakan program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), untuk lebih dari 1.500 hektar secara gratis. Petani tidak membayar premi, karena sepenuhnya jadi tangungan pemerintah.
“Bagi petani yang lahannya akan kekurangan air dan tidak dapat di tanami padi, kami sarankan untuk tanam palawija seperti jagung, kacang dan kedelai. Bisa juga komoditas lain seperti cabai, tomat, terong dan lainnya, agar lahan tetap produktif,” kata Mukodam.
Hasil pantauan, di wilayah Kemangkon dan Kaligondang sudah ada beberapa desa yang mengaliri sawahnya dengan menggunakan pompa air. Lahan sawah petani di wilayah tersebut, sudah mulai kekurangan air.