Purwokerto, serayunews.com
Tak banyak yang tahu, jika istri bupati Banyumas ini sekarang juga menyandang status sebagai mahasiswa. Terlahir dari keluarga sederhana, Erna yang merupakan anak bungsu dari empat bersaudara harus mengubur mimpinya untuk bisa kuliah sewaktu muda dulu. Hingga selepas SMA, Erna memilih untuk aktif dalam berbagai organisasi dan bekerja.
“Ayah saya hanya aparatur sipil negera (ASN) zaman dulu yang gajinya tidak seberapa dan kami empat bersaudara, jadi ketika yang diutamakan kuliah adalah kakak saya yang laki-laki, saya sangat memahami dan menerima, tetapi keinginan untuk kuliah itu tetap ada,” tutur ibu empat anak ini mengawali perbincangan dengan Serayunews, Rabu (25/5/2022).
Meskipun sebagai ibu bupati, Erna selalu berpenampilan sederhana, bahkan seringkali tanpa riasan wajah. Seperti saat ini, dengan mengenakan baju gamis berwarna cokelat dan tanpa make up, namun kecantikannya tetap terpancar. Tak hanya penampilannya, sikapnya pun cepat akrab dengan semua orang, tanpa memandang status.
“Saya jarang sekali perawatan ke salon, ya begini ini orang lapangan, sibuk berkegiatan di luar, kalau ke salon nanti juga hitam lagi,” tuturnya, seolah menyadari jika penampilannya menjadi perhatian.
Lahir 2 November 1972, Erna mengaku sudah tidak lagi muda, namun semangatnya untuk terus belajar tak pernah padam. Setelah menikah dengan Achmad Husein yang pada saat itu belum menjadi bupati, Erna sebenarnya ingin kuliah. Tetapi dari pernikahannya ia langsung dikaruniai anak, sehingga waktunya tersita untuk mengurus empat anaknya yang jarak usianya tidak jauh.
Setelah anak-anaknya tumbuh dewasa, keinginan Erna untuk bisa menempuh pendidikan tinggi kembali muncul. Terlebih saat pandemi Covid-19 lalu, ia sering melihat anaknya kuliah daring, maka keinginannya untuk kuliah terus menguat.
“Saya ambil jurusan PG PAUD di UMP, sebab saya ingin lebih mendalami karakter anak-anak usia dini. Selama ini, memang sebagai bunda PAUD, saya sudah banyak berinteraksi dengan anak-anak, namun dengan memahami teori keilmuan, tentu akan lebih maksimal,” jelasnya.
Saat pandemi, Erna bersama teman-teman mahasiswanya, juga turun ke sekolah-sekolah PAUD untuk memberikan sosialisasi tentang penerapan protokol kesehatan (prokes), turut mendampingi proses belajar, mengajar mengaji dan lain-lain. Status ibu bupati tak membuatnya canggung untuk berinteraksi dengan teman-teman kuliahnya.
Pasca pandemi, Erna sekarang sudah mulai harus menjalani kuliah tatap muka dan hal itu dilakukan minimal satu kali dalam satu minggu. Di tengah kesibukannya sebagai ketua PKK, Bunda Literasi, Bunda PAUD, Bunda UMKM dan jabatan lainnya, Erna selalu menyempatkan diri untuk kuliah tatap muka dan sesekali juga belajar kelompok, serta mengerjakan tugas-tugas kuliah bersama teman-teman satu kelasnya.
“Kalau soal waktu, saya masih bisa atur, tetapi memang saya tidak bisa seaktif teman-teman yang hanya fokus kuliah saja, sebab banyak hal lain yang harus saya kerjakan juga, termasuk mengurus keluarga,” katanya.
Kesejahteraan Guru PAUD
Selama 8 tahun menjadi Bunda PAUD, Erna mengaku masih banyak kekurangan. Namun ia semaksimal mungkin selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Termasuk dalam hal kesejahteraan guru-guru PAUD yang sampai saat ini masih terus diperjuangkannya.
Bersama para guru PAUD Banyumas, ia pernah datang ke Kementerian Pendidikan untuk menyampaikan aspirasi terkait kesejahteraan guru PAUD. Meskipun hasilnya tidak langsung, namun sekarang ini perhatian pemerintah sudah lebih, termasuk bantuan untuk sekolah PAUD mulai banyak turun.
“Yang kita perjuangkan adalah para guru PAUD yang statusnya honorer, dulu bahkan honor mereka hanya Rp75.000 sebulan, sekarang sudah sedikit meningkat ada yang Rp150.000 sebulan, meskipun sebenarnya itu masih jauh dari yang diharapkan. Tetapi minimal, pemerintah sudah banyak mengalokasikan anggaran untuk sekolah PAUD, seperti untuk perlengkapan sekolah, sehingga sekolah bisa menyisihkan anggaran lebih untuk para guru honorer,” terangnya.
Sebelum PAUD banyak didirikan di desa-desa, Erna sudah memiliki perhatian khusus pada pendidikan anak usia dini. Hal tersebut diwujudkan dengan mendirikan Pos PAUD di desa-desa yang menerjunkan kader-kader PKK untuk mengajak anak bermain sambil belajar.
“Kader PKK yang turun ini adalah yang mau dan mampu, jadi kita tidak mengedepankan ijazah. Sehingga saat sekarang mulai banyak sekolah PAUD dan ada aturan guru minimal harus D3 atau S1, maka banyak kader PKK yang tidak bisa bergabung. Tetapi mereka sudah berjasa dalam pembentukan karakter anak-anak usia dini,” jelasnya.
Mengakhiri perbincangan, kepada generasi muda Erna berpesan, agar jangan menyia-nyiakan kesempatan untuk menuntut ilmu, terlebih bagi yang mempunyai kesempatan dan kemampuan dalam sisi finansial. Sebab, menurutnya pendidikan itu sangat penting dan mampu mengubah nasib seseorang di masa depan.
“Bahkan jika kita membuka bisnis sendiri pun, tetap butuh ilmu supaya bisa menjalankan bisnis dengan baik. Pada era digital sekarang ini, peluang belajar lebih terbuka dan mudah, jadi jangan sia-siakan usia muda, isi dengan banyak belajar, karena pendidikan itu kunci sukses masa depan,” pesannya.