Selain itu, Ganjar juga menyerahkan bantuan 16 mesin pengolah sampah untuk 16 pondok pesantren senilai Rp236 juta.
“Terima kasih kepada Baznas Jateng, pada Kyai Darodji (Ketua Baznas Jateng) yang punya _krenteg_ (niat) bersama untuk membantu masyarakat kita yang membutuhkan di tengah pandemi. Pertama bantuan oksigen ke rumah sakit yang memang saat ini sangat dibutuhkan,” kata Ganjar.
Tak hanya oksigen dan mesin pengolah sampah, ada juga bantuan mesin pengolah sampah untuk santri-santri di pondok pesantren. Menurut Ganjar, bantuan itu sangat tepat agar bisa dioptimalkan.
“Kalau santrinya dikasih keterampilan pengolahan sampah dan dikasih mesinnya, maka kami harap mereka bisa lebih produktif. Selain menyelesaikan problem sampah, alat ini juga bisa digunakan untuk mengolah pakan ternak, sehingga bisa bermanfaat,” jelasnya.
Ganjar menambahkan, di tengah keterbatasan yang ada, optimalisasi sumber anggaran lain memang sangat penting saat ini. Mendagri lanjut dia sudah meminta, semua anggaran segera dicairkan.
“Tapi ternyata ada yang tidak menganggarkan. Ketika tidak dianggarkan, apakah kita mati langkah? Tentu tidak. Kita bisa menggunakan sumber lain seperti CSR, filantropi, dan lainnya. Dan kekuatan terbesar di Jateng soal itu adalah Baznas,” jelasnya.
Baznas memang menjadi salah satu andalan Ganjar untuk menyelesaikan persoalan masyarakat. Bahkan di hampir OPD Pemprov Jateng, semuanya memiliki Unit Pengumpul Zakat (UPZ) yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan di tingkat sektoral.
“Dan saya senang, karena pengelolaan Baznas Jateng jauh lebih modern. Peruntukannya tidak hanya untuk chariti atau pemberian semata, tapi jua untuk bantuan-bantuan yang sifatnya produktif seperti ini,” pungkasnya.
Sementara itu, Direktur RSUD Tugurejo, Haryadi yang menerima bantuan oksigen mengatakan, bantuan oksigen dari Baznas itu sangat membantu dalam penanganan Covid-19. Sebab sebagai rumah sakit rujukan, beberapa waktu lalu persoalan oksigen memang cukup jadi persoalan.
“Tapi sekarang sudah mulai menurun, karena dari 199 tempat tidur yang kami miliki, hanya terisi 77 pasien saja. Jadi dengan bantuan oksigen ini, maka kebutuhan oksigen di rumah sakit kami semakin aman,” jelasnya.
Perwakilan pondok pesantren Al Hikmah 2 Brebes, Imaduddin yang menerima bantuan alat pengolah sampah mengatakan, bantuan tersebut memang sangat dibutuhkan. Sebab salah satu masalah yang dihadapi pesantren saat ini adalah soal sampah.
“Kami mewakili pondok pesantren mengucapkan terimakasih atas bantuan ini. Mudah-mudahan ini bermanfaat. Ini tepat sekali, karena pesantren itu salah satu masalahnya adalah sampah,” ucapnya.
Selain itu, mesin bantuan tersebut juga bisa digunakan untuk pengolahan pakan ternak. Sehingga ke depan, pihaknya akan kerjasama dengan masyarakat sekitar agar bisa dimanfaatkan lebih luas.
“Kami akan bersinergi dengan masyarakat sekitar untuk menangani persoalan sampah termasuk kebutuhan pakan ternak,” pungkasnya.
Dalam acara itu, 10 rumah sakit yang mendapatkan bantuan oksigen adalah RSJD Dr. RM. Soedjarwadi, RSUD Moewardi, RSJD Surakarta, RSUD Tugurejo, RSJD Dr. Amino Gondohutomo, RSUD Kelet, RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, RSI Sultan Agung Semarang, RS Roemani Semarang dan RSI NU Demak.
Sementara 16 pondok pesantren yang mendapat bantuan alat pengolah sampah diantaranya Ponpes sirojul mukhlasin I Magelang, Ponpes API ASRI Magelang, Ponpes Al Fadlu Kendal, Ponpes APIK Kendal, Ponpes Al Hikmah 2 Brebes, Ponpes Al Hasaniyah Brebes, Ponpes Al Iman Purworejo, Ponpes An Nawawi Purworejo, Ponpes Minhajut Tholabah Purbalingga, Ponpes Al Itqon Semarang, Ponpes Raudlatul Falah Pati, Ponpes Khizinatul Ulum Blora, Ponpes girikesumo Demak, Ponpes Rohdlotus Mubtadiin Balekambang Jepara, Ponpes Darul Falah 2 Kudus dan Ponpes Darur Ridhwan al Fadholi Pati.