SERAYUNEWS— Setiap tanggal 5 Mei diperingati sebagai Hari Lembaga Sosial Desa (LSD). Walaupun hari besar ini tidak banyak masyarakat Indonesia menyadarinya, adanya lembaga sosial desa ini membuat masyarakat desa menjadi lebih berdaya melalui berbagai pelayanan.
Penetapan Hari Lembaga Sosial Desa berdasar atas aturan dari pemerintah daerah yaitu Pasal 18 dan Pasal 18B UUD 1945. LSD memiliki enam jenis lembaga desa yang telah sesuai dengan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa. Di antaranya adalah pemerintah desa (kepala desa dan perangkatnya), Badan Permusyawaratan Desa (BPD), lembaga kemasyarakatan, lembaga adat, kerjasama antar desa, serta Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
LSD merupakan wadah yang memiliki tugas dan fungsi yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat di desa.
Kehadiran LSD sendiri juga memiliki peran khusus bagi pedesaan yang bertujuan agar masyarakat desa turut andil dalam pengelolaan dan pembangunan sehingga dapat berjalan secara optimal.
Banyak desa di berbagai daerah terbukti memiliki potensi untuk berkembang melalui LSD, sehingga desa maju dan sejahtera.
Peran aktif LSD menjadikan beberapa desa menjadi sejahtera. Misalnya, desa Ponggok di Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah. Desa ini semula merupakan desa miskin, karena LSD berfungsi, desa ini berkembang jadi desa terkaya di Indonesia.
Sebelumnya, desa ini hanya bisa meraih pendapatan sebesar Rp80 juta per tahun. Namun, saat ini, pendapatan Desa Ponggok naik hingga 48 kali lipat menjadi Rp3,9 miliar per tahun. Tak hanya itu, Desa Ponggok juga memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang pendapatannya dikabarkan mencapai Rp14 miliar per tahun.
Di Bali tepatnya di Kabupaten Badung, terdapat Desa Kutuh. Desa ini meraih pendapatan desa yang fantastis hingga mencapai Rp50 miliar per tahun.
Seperti desa Ponggok, semula desa yang terletak Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, termasuk desa miskin di Bali. Berkat pengorganisasian LSD yang baik, desa ini akhirnya dinobatkan sebagai desa terkaya di Indonesia.
Desa Kutuh menerima sekitar 3000 kunjungan wisatawan setiap harinya dan menjadi contoh bagi desa-desa lain di Indonesia dalam memaksimalkan potensi pariwisata.*** (O Gozali)